18. Fighting!

7.7K 935 134
                                    

Cinta tak mungkin berhenti
Secepat saat aku jatuh hati
Jatuhkan hatiku kepadamu
Sehingga hidupku berarti

Cinta tak mudah berganti
Tak mudah berganti jadi benci
Walau kini aku harus pergi
Tuk sembuhkan hati

Hanya kamu yang bisa
Bisa membuatku rela
Rela menangis karenamu.

Cinta tak mungkin berhenti- Tangga.

Lagi suka banget sama lagu itu sekarang ini:)

Kalian itu tipe yang suka dengerin lagu sad gak sih pas lagi baca wattpad? Atau menyesuaikan sama ceritanya? Atau gak suka dengerin lagu pas baca wattpad karena gak fokus?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian itu tipe yang suka dengerin lagu sad gak sih pas lagi baca wattpad? Atau menyesuaikan sama ceritanya? Atau gak suka dengerin lagu pas baca wattpad karena gak fokus?

Mirelen[part 18]

•••

Galen memandang Mirele yang tengah duduk di kursi taman dari jarak yang jauh. Langkahnya membawa cowok itu mendekat kemudian berhenti di belakang Mirele yang memandang lurus ke depan dengan punggung yang bersandar pada kursi panjang.

Galen memasukkan kedua tangannya di saku jaket, lalu beralih duduk di samping Mirele yang sedikit tersentak mendapati kehadirannya.

"Udah larut malem, kak Galen gak pulang?" Mirele melirik ke arah Galen.

"Gue bakalan pulang kalau lo udah tidur." Sahut Galen.

"Gimana bisa gue tidur?" Lirihnya. "Sebelum Mawar sadar, gue gak bakalan bisa tidur kak,"

Kondisi Mawar masih sama, gadis kecil itu belum siuman yang membuat Mirele bertambah menyalahkan dirinya sendiri akan keadaan ini.

"Gue juga gak akan pulang kalau gitu."

Mirele menghela nafas pelan. "Terserah lah!" Gadis itu kembali memfokuskan pandangannya ke arah depan, bintang malam hari itu membuat dirinya sedikit lebih tenang.

Galen tersenyum tipis melihat itu, dia beralih membuka jaket yang dikenakannya kemudian memasangkannya pada tubuh gadis yang ada di sampingnya.

Mirele yang diperlakukan seperti itu menoleh ke samping, gadis itu memperhatikan cara Galen memasangkan jaket cowok itu pada tubuhnya.

"Disini dingin."

"Lo juga kedinginan." balas Mirele.

"Lo lebih membutuhkan." Mirele tertawa kecil, memiringkan badannya menghadap ke arah Galen yang mengalihkan pandangannya ke arah depan.

Mirele sedikit terenyuh kala melihat dengan jelas kalung yang menggantung di leher cowok itu.

Dia lupa, jika Galen adalah saudara Gibran. Jadi-

Mirélen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang