36. Peace

5K 672 56
                                    


Mirelen[Part 36]

••••

Bosan adalah kata yang paling tepat mendeskripsikan keadaan Mirele sekarang. Meskipun mansion ini menyediakan fasilitas yang sangat lengkap di dalamnya seperti perpustakaan, gym, studio musik, sampai movie teather, Mirele tetap saja jenuh karena ia merasa di rumah ini ia hanya sendiri, padahal ada banyak bodyguard dan juga maid yang bekerja.

Mirele mengulurkan tangan, menggapai atas nakas dan mengambil ponselnya yang sejak beberapa jam yang lalu di cas-nya.

Mirele menghidupkan ponsel itu, bisa dia pastikan ketika ponsel ini hidup, dan jaringan selulernya hidup, seketika akan dipenuhi banyak notif yang masuk. Mirele berkedip, ketika semua yang difikirkannya benar-benar terjadi.

Notif memenuhi ponselnya, dari Ralin, Galen, Jay, Fazan, Maminya, Mama Jovi, Gibran, dan pesan dari grup yang dia punya. Mirele langsung membuka WhatsApp, kontak teratas adalah kontak Galen, puluhan missed call, dan juga pesan membuat Mirele merasa bersalah membuat Galen khawatir.

Tak lama Mirele memandang pesan-pesan yang dikirim Galen, tiba-tiba dia mendapat panggilan masuk dari kontak Galen juga. Mirele ragu menjawab panggilan itu, apa yang harus dia katakan bila Galen bertanya banyak hal?

Ting!

Angkat, El.

Pesan dari Galen. Mirele menghela nafas, lalu memilih untuk mengangkat panggilan itu.

"Halo?" Mirele mencicit.

"Dimana? Lo baik-baik aja kan? Kenapa angkat panggilan gue lama banget?"

"Gue gak kenapa-napa kok."

Terdengar helaan nafas di ujung sana. "El, lo tau gue khawatir pas Ralin bilang lo ke rumah temen lo yang nyatanya adiknya Heros? Kenapa lo kesana gak bilang-bilang gue? Kenapa semua orang bohong bilang kalau lo pulang karena mawar lagi sakit?"

"Kak Galen, mereka bohong karena gue yang nyuruh."

"Lo dimana sekarang?"

Mirele membisu. Apa yang harus ia katakan kepada Galen? Jujur jika dirinya dibawa ke mansion kakeknya? Itu tidak akan sesingkat itu, Galen tidak tahu bahwa pak Yudhatama adalah kakeknya.

"El, jawab gue."

"Gue di rumah, kak."

"Rumah mana? Tante Jovi gak akan kelimpungan kalau lo nyatanya ada di rumah."

Mirele menghela nafas. "Rumah kakek gue."

"Dimana?" Ulang Galen.

"Jangan bilang-bilang mama Jovi ya kak, lo diem aja, gue baik-baik aja kok. Besok gue sekolah, jangan khawatirin gue lagi."

"Gimana gue gak khawatir kalau gue gak tau lo pastinya dimana?"

Mirele menghela nafas. Bagaimana caranya dia menjelaskan kepada Galen? "Nanti temuin gue di cafeteria deket sekolah. Gue jelasin semuanya,"

"Oke." Sahut Galen di seberang sana. "Sejam lagi," Putusnya, dan Mirele menuetujui.

***

Mirele keluar dari dalam mobil yang dikendarai oleh bodyguard yang senantiasa mengikutinya itu dengan perasaan dongkol. Sebab apa? Sebab bodyguard itu ikut turun dan saat ini berdiri di sampingnya dengan tubuh kekar yang membuatnya benar-benar seperti orang penting yang justru membuatnya malu.

Mirélen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang