Part kali ini spesial, pas banget nginjek angka 30.Disini bakalan full scene Mirele Galen!!
Sudah siap membaca?
Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri bawah okey?
Mirelen[part 30]
***
Sebagai orang penyuka warna gelap terutama hitam, Mirele benar-benar harus memutar otak memilih pakaian yang sekiranya bisa membuatnya tampil feminim kali ini. Gadis itu membuka lemari pakaian, lima menit hanya dia habiskan dengan memandang pakaiannya dari atas, bawah, samping, dan yang ia temukan hanya pakaian berwarna gelap.
"Bener kata Ralin, gue emang sesekali harus beli warna lain."
Entahlah, ketika dia ada di toko baju, yang menarik perhatiannya hanyalah pakaian-pakaian yang didominasi gelap dibanding pakaian yang colorful.
Adasih di lemarinya beberapa baju berwarna putih, tapi Mirele sungguh bosan memakai itu.
Mirele memutuskan menutup lemarinya kembali, melangkah mendekati ranjang untuk mengambil ponselnya yang tergeletak disana.
Mirele ini bukanlah gadis tomboy dan bukan juga feminim. Hanya saja, Mirele lebih senang memiliki pakaian berwarna gelap untuk dikenakannya.
Dirinya memiliki beberapa dress, tapi juga didominasi warna hitam, abu, biru gelap, merah gelap dan juga putih.
Tidak memilih ribet dan juga tidak suka ribet, Mirele kembali membuka lemarinya, mencari diantara lipatan-lipatan baju yang lainnya yang mungkin saja terselip beberapa pakaiannya yang bisa menjadikannya sedikit feminim malam ini.
Cardingan crop top perpaduan warna hijau pastel dan cream pastel. Tidak buruk rasanya, jadi Mirele memutuskan untuk mengambil cardingan itu dan kembali menjelajahi pakaiannya.
Tanktop berenda putih itu menarik perhatian Mirele, dan yang terakhir adalah highwaisted jeans.
Setelah berhasil menemukan pakaian yang cocok, mirele masuk ke dalam kamar mandi setelah sebelumnya memperhatikan ke arah jam dinding.
***
Selesai mengenakan pakaiannya, Galen menatap rambutnya yang berantakan menjadi sedikit rapi selama beberapa saat.
Pintu kamarnya dibuka, menampilkan Gibran yang masuk dengan secangkir hot choco di tangannya.
Fyi, mereka berdua masih tidur di kamar yang sama beberapa hari belakangan ini. Jika bukan karena Gavin yang mengancam menarik fasilitas yang diberikan kepada mereka, Galen dan Gibran juga tidak sudi tidur di kamar yang sama.
"Mau kemana lo?" Gibran duduk di sofa, meletakkan cangkir yang dibawanya di atas meja.
"Jalan."
"Sama siapa? Aruna?" Nada Gibran terdengar menyindir.
"Mirele." Sahut Galen selesai merapikan rambutnya dan melangkah untuk mengenakan kemeja untuk menutupi kaos putih yang dikenakannya.
Mendengar nama Mirele disebutkan, Gibran menautkan alisnya. "Tumben lo inget Mirele."
Galen tak menyahut, menyambar kunci mobil dan ponselnya di atas nakas lalu keluar dari dalam kamar meninggalkan Gibran yang mulai menyesap hot choco miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirélen [END]
Teen FictionKisah mereka dimulai ketika Mirele dipertemukan dengan Galen, kakak kelas yang menabraknya di halaman sekolah. Galen itu warna baru bagi Mirele, sementara Mirele itu kepingan puzzle bagi Galen. Keduanya seperti dua ujung tali berbeda yang disambung...