Mirelen[part 29]
•••
Dengan menggendong tas sekolahnya, Mirele keluar dari gedung rumah sakit menuju ke parkiran untuk menemui Galen dan Fazan yang katanya sudah ada di sana.
Dengan langkah santai gadis itu melangkah. Mengenai baju kaos dan cardingan yang dipakainya, itu adalah milik dokter Harine yang diberikan untuknya.
Dari tempatnya masih berpijak, Mirele sudah dapat melihat mobil milik Fazan yang terparkir tak jauh dari sana. Kedua cowok itu bersandar di badan mobil dengan Fazan yang menyerahkan sebatang rokok ke arah Galen.
But, wait— rokok!?
Fazan menyesap rokoknya, dan Galen menyalakan pematik ke arah ujung rokoknya.
Mirele berjalan tergesa mendekati keduanya, saat tiba di depan Galen dan Fazan, Mirele menarik kasar rokok itu dari tangan Galen sebelum cowok itu sempat menyesapnya.
“El?”
“Kak Galen ngerokok?”
Galen diam, Fazan juga diam. Mirele membuang puntung rokok itu lalu menginjaknya dengan cepat.
“Galen bukan perokok aktif. Gue yang kasih–”
Mirele menghela nafas. Bukan maksudnya untuk melarang Galen merokok atau apapun itu. Hanya saja, rokok menjadi hal yang begitu sensitif bagi Mirele akhir-akhir ini. Bercermin dari apa yang ia alami, Mirele hanya tidak mau orang terdekatnya mengalami juga.
“Kak Fazan perokok aktif?” Mirele beralih menatap Fazan yang entah sejak kapan sudah membuang rokoknya entah kemana.
Fazan menggeleng. “Enggak-enggak. Gue cuma ngerokok pas lagi stress aja. Maaf kalau lo keganggu sama asap rokok, gue gak bakalan ngelakuin itu di depan lo lagi.”
***
Mirele saat ini tengah sendirian membaca sebuah novel di perpustakaan ditemani alunan lagu yang disukainya lewat earphone. Gadis itu membalikkan halaman buku itu dengan mulut yang terbuka karena merasakan kantuk menyerangnya tiba-tiba.
Tanpa sadar Mirele menjatuhkan kepalanya di atas buku, matanya mulai terpejam. Sungguh, Mirele tidak kuat menahan matanya yang semakin berat.
Hingga akhirnya Mirele benar-benar tertidur dengan posisi duduk dan kepala di atas buku tanpa terganggu ada langkah kaki seseorang yang mendekat ke arahnya.
Seseorang itu duduk di samping Mirele yang kepalanya menghadap ke arah orang itu. Orang yang tak lain adalah Galen itu menerbitkan senyum kecil, menumpukan kepalanya di atas lengannya tengah memperhatikan wajah polos Mirele ketika tertidur.
Di dalam alam bawah sadarnya, Mirele sepertinya tetap peka merasa ada yang memperhatikan dirinya mulai membuka perlahan matanya yang sayu. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah wajah Galen yang tengah memperhatikan dirinya.
Oh, wajah Galen.
Wajah Galen?
Wajah?
Galen?
Mata yang semula sangat berat itu seketika terbuka lebar, Mirele membuka mulutnya tanpa sadar mendapati Galen di hadapannya. Ini bukan mimpi, Galen benar-benar ada di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirélen [END]
Teen FictionKisah mereka dimulai ketika Mirele dipertemukan dengan Galen, kakak kelas yang menabraknya di halaman sekolah. Galen itu warna baru bagi Mirele, sementara Mirele itu kepingan puzzle bagi Galen. Keduanya seperti dua ujung tali berbeda yang disambung...