Yeyy update!!
Absen yuk, pembaca Mirelen umur berapa aja nih??
Siap untuk membaca?? Tapi sebelum itu, aku mau ngingetin untuk jangan lupa meninggalkan jejak kalian dengan vote dan komen ya gengss.
Thanks,,
Happy reading
Mirelen[part 17]
***
Ditatapnya hampa dirinya dari pantulan cermin di dalam kamarnya itu. Mirele meraba rambutnya dengan pandangan lurus ke dirinya dari pantulan cermin. Tangannya bergetar kala melihat ke arah telapak tangannya yang berisi banyak rontokan rambutnya.
"Setelah menjalani kemoterapi, kamu harus tetap tegar jika suatu saat mendapati rambut kamu yang mulai rontok, El. Itu semua normal, karena itu efek samping dari kemoterapi ini."
Mirele mengingat betul ucapan dokter Harine kala itu. Siap tidak siap, rambut panjangnya akan mengalami kerontokan parah pada akhirnya.
Gadis itu membuang pandangannya dari cermin dengan getir. Setetes air mata mengalir dari sudut matanya. Rambut adalah mahkota perempuan, dan Mirele harus siap kehilangan mahkota itu cepat atau lambat. Mirele juga tidak bisa menyimpan rahasia ini dari orang sekitarnya lebih lama lagi. Hanya saja, gadis itu tidak siap untuk jujur ke keluarganya ataupun teman temannya.
Pintu dibuka dari luar, Mirele langsung mengusap kasar air matanya dengan cepat.
"Kak El, sarapan bareng yuk." Mawar tersenyum, gadis kecil yang berkuncir dua lengkap dengan seragam SD nya itu melangkah mendekati sang kakak yang menatapnya datar.
"Duluan aja. Bilangin gue gak sarapan sekarang."
"Tapi kak El semalem juga gak makan. Nanti-"
"Jangan peduliin gue!!"
"Tapi kak-"
"Mawar, gue gak pengen kasar sama lo. Jadi jangan mancing emosi gue."
Gadis sepuluh tahun itu diam. Kepalanya mengangguk kecil. Gadis itu berbalik badan, beralih keluar dari kamar Mirele dengan wajah sedihnya.
Mirele membuang pandangannya dari Mawar lalu menyambar tas sekolahnya di atas tempat tidur lalu keluar dari kamarnya.
Dibawah, Mirele tak melihat siapapun. Keberadaan Mawar pun tidak didapati oleh gadis itu.
Mirele menuju ruang tamu, membuka tas sekolahnya dan mengeluarkan buku tulis dari sana. Mirele lupa mengerjakan tugasnya tinggal nomor terakhir, jadi gadis itu memutuskan untuk membuatnya disana.
Sekitar lima menit Mirele berhasil menyelesaikan tugasnya. Gadis itu beranjak meninggalkan tas sekolahnya menuju dapur untuk meminum air.
Setelah itu Mirele kembali ke ruang tamu dan menyambar tas sekolahnya dan langsung keluar dari dalam rumah.
Mawar yang baru saja turun dari lantai atas menatap kepergian Mirele dengan wajah sedihnya. Gadis itu melangkahkan kaki kecilnya menuruni anak tangga menuju ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirélen [END]
Novela JuvenilKisah mereka dimulai ketika Mirele dipertemukan dengan Galen, kakak kelas yang menabraknya di halaman sekolah. Galen itu warna baru bagi Mirele, sementara Mirele itu kepingan puzzle bagi Galen. Keduanya seperti dua ujung tali berbeda yang disambung...