41. Bit love?

4.9K 636 85
                                    

Mirélen [Part 41]


Mirele melangkahkan kakinya memasuki mansion disambut dengan Bi Ani yang langsung menanyakan keadaannya. Mirele baru saja kembali pukul lima sore, setelah hampir seharian dia menghabiskan waktunya dengan Galen mulai dari kerumah Zetha hingga menemani cowok itu ke tempat Galen biasanya melakukan gym.

Mirele masuk ke dalam kamar, hal pertama yang dilakukan Mirele adalah men-charger ponselnya lalu meninggalkannya untuk mandi membersihkan tubuhnya yang terasa lengket karena berkegiatan sejak pagi.

Cukup lama dia menghabiskan waktu untuk mandi, Mirele kemudian memutuskan untuk ke bawah, menemui bi Ani yang sudah menunggunya. Tak disangka sebelumnya oleh Mirele kehadiran Yudhatama yang juga tengah duduk di meja makan.

"Malam El,"

"Malam juga pak," Mirele duduk di samping Yudhatama, gadis itu melirik ke atas meja yang dimana sudah disajikan banyak hidangan yang akan menjadi santapan mereka malam itu.

"Hari ini, hari pertama kita makan malam bersama."

Yudhatama menyendokkan makanan me piringnya sendiri, tak disangka pula, tangan tua itu bergerak kembali untuk menyendokkan nasi Dan lauk juga ke atas piring Mirele.

"Gimana hari-hari kamu disini, El?"

Mendengar pertanyaan itu, sontak Mirele mendongak. "S-saya seneng disini." Katanya.

"Ini rumah kamu, berbuatlah sesuka hati."

"Pak?"

"Ya?"

Mirele terlihat ragu untuk bertanya. Gadis it sebenarnya hanya ingin menanyai bagaimana keadaan ayahnya saat ini. "Soal papi-"

"Dia baik, hidupnya berjalan layaknya tidak kehilangan apapun. Kakek menyesal karena dia adalah anak kakek." Bibir itu menyunggingkan senyum tipis, tersirat di kedua bola mata milik pria itu tatapan penyesalan terhadapnya.

Keduanya dilanda keheningan. Mirele dan Yudhatama, keduanya sama-sama menikmati hidangan yang disajikan oleh para maid dalam keheningan. Hingga hampir lima belas menit saling berdiam, Yudhatama kembali membuka suara.

"Nak, kenapa kamu tidak jujur sama Arina?"

Mirele tidak bodoh untuk menebak kemana arah pembicaraan Yudhatama saat ini, gadis it kelu. Apa yang harus dijawabnya sekarang?

"Kakek tau kamu dan Mami kamu tidak cukup intens bertemu ataupun saling bertukar kabar, tapi nak, Arina Ibu kamu, kakek kenal betul gimana Arina selama ini, secuek apapun ibumu ke kamu, dia tetap berhak tau."

"Kakek gak pernah maksa, kakek juga gak berharap banyak kamu bicarakan ini ke Yoga juga. Tau ataupun tidak, Yoga tetap sama. Hatinya udah terlalu beku, tapi untuk Arina, dia jauh lebih sayang sama kamu dibanding orang lain."

Tidak Salah, ucapan Yudhatama memang tidak bisa Mirele tepis begitu saja. Maminya memang berhak tau, sejak awal dia menyembunyikan hal inipun, dia sudah sangat salah.

"Bayangkan jika Arina terlambat tau hal ini, kamu bisa bayangkan seberapa hancurnya dia nanti?"

"Saya belum siap pak," Ujar Mirele.

***

"Galen, temenin aku ke toko buku pulang sekolah ini gimana?" Aruna menatap Galen menunggu persetujuan.

"Boleh, mau beli novel lagi?" Tanya Galen yang tengah mengeringkan rambutnya yang sedikit basah akibat keringat selepas bermain basket tadi.

"Eum, Mirele?" Tanya Aruna hati-hati, Galen yang mengerti maksud gadis itu menoleh,

Mirélen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang