Mirelen[part 25]
•••
"Tunggu!"
Galen menghentikan langkahnya, begitupun Aruna yang ada di samping cowok itu. Keduanya sama-sama berbalik, melihat ke arah Mirele yang mulai mendekat, bersama boneka kepala monyet di genggamannya.
"Gue cuma mau ngembaliin ini. Ini punya lo, gue gak berhak." Mirele mengarahkan boneka itu ke arah Galen, cowok itu hanya meliriknya, tak ada minat mengambilnya.
Tak kunjung diambil Galen, Mirele berdecak, menarik tangan cowok itu, lalu meletakkan bonekanya cepat. "Kak Galen gak perlu minta maaf terus sama gue. Gak perlu ngerasa asing sama yang lainnya cuma gara-gara gue."
Mirele menghela nafasnya. "Dari awal gue bilang, hubungan ini gak berarti, kita pacaran juga gak serius. Lo gak perlu jadi cowok yang baik untuk gue."
"Sekarang tanggal 22 Februari, udah 8 hari terlewat, dan tersisa 20 hari. Setelah itu kak Galen bebas, gue bebas, kita sama-sama bebas." Mirele sedikit melirik ke arah Aruna sebentar, sebelum kembali mengalihkan pandangannya ke arah Galen.
"Kak Galen mau kita putus?"
Galen langsung menggeleng, terlihat tidak terima mendengar ujaran yang keluar dari mulut gadis itu.
"Kalau udah capek, bilang gue kak. Kita bisa putus kapan aja." Sebelum Mirele membalikkan badan, Galen terlebih dahulu mencekal pergelangan tangan gadis itu. "Gue mau bicara."
Aruna sedikit memundurkan langkahnya. "Bicara aja," Balas Mirele.
"Kita berdua, gue sama lo."
Galen kemudian melirik ke arah Aruna yang ada di sampingnya. "Aku-"
"Aku paham. Yaudah Len, aku mau ke toilet dulu." Aruna melangkah, meninggalkan keduanya yang masih berdiri di sana. Mirele melepaskan tangan Galen yang mencekal tangannya. "Ngomong apa?"
"Ikut gue." Galen berjalan terlebih dahulu, Mirele hanya mengekor di belakang, keduanya seperti memiliki tembok pembatas tak kasat mata diantara mereka, Galen melirik Mirele dari ekor matanya, gadis itu sama sekali tak berekspresi, terkesan datar.
"Luka lo, masih sakit?"
"Udah enggak."
"Pipi lo, gapapa?"
"Gak papa."
"Kaki lo—"
"Kak, gue gak papa." Langkah mereka terhenti, Galen menghadap ke arah Mirele.
"Hubungan kita emang main-main, tapi seenggaknya, biarin gue jadi layaknya pacar sungguhan untuk lo."
Mirele bergeming.
"20 hari? Buat sisa 20 hari itu berharga buat lo dan gue. Lo bisa anggap gue orang asing di hari ke 21 nanti."
"28 hari yang pernah kita lewati, suatu saat akan selalu gue inget kalau gue pernah menjadi pengecut di mata cewek gue sendiri."
Galen mengarahkan boneka yang ada padanya ke arah Mirele. "Seengaknya, jadiin boneka ini satu-satunya pemberian dari gue yang bisa lo terima, El."
Mirele bergeming, menatap hampa boneka itu lalu kembali mendongak menatap Galen. "Kak Galen mau pulang?"
Galen mengangguk. "Iya."
"Kok pulang?"
Alis cowok itu terangkat. "Terus?"
"Gak gabung sama yang lain?"
"Gak enak, kayaknya yang lain juga gak ngarepin gue disini."
Mirele berdecak. "Jadi lo menghindar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirélen [END]
Teen FictionKisah mereka dimulai ketika Mirele dipertemukan dengan Galen, kakak kelas yang menabraknya di halaman sekolah. Galen itu warna baru bagi Mirele, sementara Mirele itu kepingan puzzle bagi Galen. Keduanya seperti dua ujung tali berbeda yang disambung...