49. Rose

3.7K 382 11
                                    

Mirélen [Part 49]

——

“Sialan!” Yoga menggerutu memegangi kepalanya yang terasa teramat pening dengan berjalan gontai menuruni anak tangga.

“Udah gak tinggal disinipun anak itu tetep aja membawa kesialan!” Yoga mendudukan dirinya di kursi meja makan, Mawar yang tengah duduk dan tengah meratakan cream di atas kue bersama Jovi saling melirik.

“Kenapa lagi, mas?”

“Saya terpaksa harus gadaikan sertifikat rumah ini untuk sementara waktu buat suntikan dana ke perusahaan. Papa udah cabut semua saham yang dia tanam di perusahaan saya.” Yoga menuangkan air ke dalam gelasnya, meneguknya dengan dongkol.

“Ini semua gara-gara anak itu. Jika saja dia tidak mengadu—”

“Berhenti salahin Mirele atas apa yang kamu sendiri perbuat, mas.” Potong Jovi. Kali ini wanita itu benar-benar jengah dengan segala protes tak beralasan suaminya terhadap Mirele.

“Papa ngelakuin ini semua karena kamu sendiri gak pernah peduli sama cucunya.”

Yoga menatap nyalang ke arah Jovi, “Jadi sekarang kamu nyalahin saya?”

“Iya, dan itu kenyataannya,”

“Dasar istri—”

“Mama, Mawar takut.” Jovi melirik Mawar sebentar, sebelum kembali melirik ke arah suaminya.

“Mawar ke kamar dulu ya, sayang?”

Mawar menggeleng, “Mawar engga mau ninggalin mama sendiri, ayo ma kita lanjut buat kue buat Kak El,”

Jovi seketika menunduk, matanya kini memandang lurus ke arah kue yang tengah ia dan Mawar persiapkan untuk ulang tahun Mirele besok.

“Mawar sayang, ngapain kamu buang waktu berharga kamu buat kakak kamu yang bahkan jahat sama kamu, nak? Kamu ingat? Bahkan disaat dia buat kamu celaka sampai perlu pendonor dia tetap tega ga mau donorin darahnya buat kamu.”

Jovi menatap suaminya marah setelah mendengar ucapan itu keluar dari mulut Yoga. Jovi menggeleng, menatap tak percaya suaminya. “Jangan hasut Mawar untuk membenci kakaknya sendiri, mas.”

“Itu kenyataan, dan Mawar harus tau.”

“Ada yang harus kamu tau selain cara memprofokasi anak kamu sendiri.”

Yoga terkekeh mendengarnya, “Apa yang harus saya tau?”

“Aku ga tau, apa setelah aku kasih tau kamu hal ini, pandangan kamu ke Mirele akan berubah atau enggak.” Tampak wanita itu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku apron yang dipakainya.

“Apa ini?” Tanya Yoga kala Jovi mendorong pelan secarik kertas ke atasnya di atas meja.

“Diagnosa dari rumah sakit. Ini punya anak kamu.”

“Mawar sakit apa?”

“Cukup mas, anak kamu bukan cuma mawar.” Jovi sedikit menaikan itonasi suaranya, membuat Yoga dengan ragu membuka lipatan kertas itu.

Mirélen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang