27. Why?

6.1K 877 183
                                    

Welcome back🔥🔥

Yuk komen, kalian team mana.

A) Galen-Mirele

B) Gibran-Mirele

C) Fazan-Mirele

Mirelen[part 27]

Sudah entah yang keberapa kalinya Ralin bolak-balik melihat jam tangannya tetapi Mirele tak kunjung muncul juga. Dihelanya nafas itu dengan kasar, Ralin memandang ke arah sepatunya dengan pandangan kosong.

"Oy!!" Ralin tersentak, gadis itu menatap tajam orang yang mengagetkannya tadi itu.

"Lo apaan sih kak!? Mau bikin gue serangan jantung?"

"Eittt keep calm. Lo dari dulu gak berubah juga, tetep aja kagetan." Jay terkekeh.

"Bodo! Lo ngapain hah nyamperin gue? Sana-sana pergi!!" Ralin mendorong-dorong bahu cowok itu.

"Gak ada baik-baiknya lo sama gue, kenapa sih? Punya dendam? Sini selesaiin." Jay tersenyum manis yang justru membuat Ralin muak.

"Ogah! Sana ih pergi!"

"Gak mau, maunya sama mantan." Jay menaik turunkan alisnya. Tuh kan ngeselin!

Ralin memutar bola mata jengah, Jay ini kalau sekali alay, bakalan alay banget.

"Mau balikan gak lin?"

"Hah?"

Jay terkekeh. "Bercanda."

Sialan! Ingin sekali Ralin mengumpat terang-terangan di depan wajah tengil itu.

"Kalau jadi pacar gue lagi, mau?"

"Gak."

"Jadi cewek gue lagi, beneran gamau?"

"Ogah!"

"Gue ganteng loh lin, beneran gamau?"

Ralin menatap Jay sarkas. "Nih ya kak Jay, dengerin gue baik-baik. Bisa? Pasang telinga lo bener-bener."

"Apa-apa?" Jay meladeni.

"PERCUMA GANTENG KALAU SUKA SELINGKUH!!"

Telinga Jay berdenyut nyeri, cowok itu mengusap-usap telinganya, sementara Ralin tersenyum puas. "Syukurin!"

***

"Ehh tunggu-tunggu." Mirele ditarik oleh Ralin agar mereka berhenti melangkah. "Apasih Lin?"

"Tuh!" Ralin menunjuk ke arah lapangan. "Bokapnya kak Aura kan?"

Mirele mengedikkan bahu. "Mana gue tau."

"Ih iya El! Itu-tuh bokap-nya kak Aura. Lo bilang kepala sekolah kasih surat panggilan orang-tua kan untuk kak Aura, kak Gege, kak Sinta?"

Mirele mengangguk.

"Mereka di skorsing dari sekarang kan?"

Mirele kembali mengangguk.

"Mereka- wait. Kak Aruna nyamperin bokap-nya." Ralin kembali menarik tangan Mirele untuk sedikit bersembunyi di balik tangga.

"Aura sama Aruna sama aja. Sama-sama ngeselin." Ucap Ralin yang matanya masih memperhatikan lekat ke arah Aruna yang ada di tengah lapangan bersama ayahnya.

Mata keduanya sama-sama terbelalak kaget saat melihat Ayahnya Aruna menampar pipi Aruna di tengah lapangan. "Anjir! Kenapa ditampar?"

"Gue rasa kak Aruna disalahin juga atas apa yang dilakuin sama Aura." Kata Mirele yang dapat anggukan paham oleh Ralin.

Mirélen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang