Mirelen[part 04]
|||
Pulang sekolah, Galen benar benar menepati janjinya mengajak Aruna ke rumahnya untuk membantu gadis itu memberikan surat undangan secara langsung kepada Gibran.Aruna membenahi rok sekolahnya ketika turun dari dalam mobil Galen, sementara Galen melepaskan terlebih dahulu sabuk pengamannya lalu menyusul Aruna yang berdiri di samping badan mobil. "Rumah kamu keliatannya sepi."
Galen mengangguk. Rumahnya memang lebih sering sepi di siang hari seperti ini. Mama dan papanya yang sibuk bekerja lalu Gibran yang entah kemana. Selama masa skorsingnya, Gibran tak pernah diam di rumah sepengelihatan Galen.
"Mungkin aja Gibran lagi ada di kamarnya,"
Bertepatan dengan ucapan Galen tersebut, suara deru motor menarik fokus Galen dan Aruna. Keduanya sama sama menoleh ke belakang, dimana motor yang dikendarai Gibran baru saja memasuki pekarangan rumah.
Aruna melunturkan senyumnya kala melihat Gibran datang bersama seorang gadis yang duduk di jok belakang motornya.
Galen memperhatikan itu, cowok itu tak melepas pandangannya sampai Mirele yang dibonceng Gibran turun dari atas motor adiknya.
"Kok ada lo?" Setelah turun dari atas motor Gibran, Mirele yang bingung dengan kehadiran Galen dirumah Gibran membuatnya langsung menghampiri cowok itu.
Aruna mengerutkan dahi, apa maksud pertanyaan gadis itu? Bukannya sepatutnya Galen ada di rumahnya sendiri?
Gibran melepas helm yang dikenakannya lalu meletakkannya di atas jok motor dan beralih menghampiri Mirele yang berdiri di hadapan Galen dan Aruna.
"Wait, lo temenan sama dia bran?" tanya Mirele menghadap ke arah Gibran yang berdiri di sebelahnya. Gadis itu masih bingung.
"Temenan?" Beo Aruna, "Kamu gak tau kalau mereka kakak adik?"
"Hah?" Wah, apa ini? Kakak adik? Mirele menatap Gibran menuntut penjelasan.
Gibran mengangguk. "Galen kakak gue."
Mirele hanya bisa terdiam. "Lo gak pernah bilang ke gue,"
"Gue kira lo udah tau dengan sendirinya."
"Ck. Mana ada,"
"Oh, pantes kamu bingung," Aruna tersenyum tipis. Yang membuatnya tersenyum sebenarnya karena Gibran berdiri tepat di hadapannya.
"Ngapain lo ajak dia kesini?" tanya Galen kepada Gibran sembari menatap ke arah Mirele sekilas. Mirele yang ditatap hanya cuek, malah memainkan kuku kuku jarinya.
"Lo ngapain bawa dia kesini juga?" Gibran membalikkan pertanyaan.
"Emm, aku mau kasih kamu undangan ini. Dateng ya bran, aku ulang tahun hari ini."
Gibran menatap tak minat ke arah undangan yang disodorkan oleh Aruna. Cowok itu dengan malas menerimanya kemudian yang seketika membuat senyum Aruna terbit.
"Makasi ya, karena udah terima undangan aku."
"Gue gak bakalan dateng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirélen [END]
Teen FictionKisah mereka dimulai ketika Mirele dipertemukan dengan Galen, kakak kelas yang menabraknya di halaman sekolah. Galen itu warna baru bagi Mirele, sementara Mirele itu kepingan puzzle bagi Galen. Keduanya seperti dua ujung tali berbeda yang disambung...