22. My way

5.8K 851 101
                                    




Mirelen[part 22]

•••


Bel pulang sekolah berbunyi, menandakan jam pembelajaran hari itu sudahlah berakhir. Ralin mengemas barangnya dengan cepat, gadis itu kemudian mengambil tas Gibran lalu menggendongnya keluar dari kelas.

Ralin memilih melangkah menuju UKS, gadis itu bahkan tanpa sengaja beberapa kali menabrak orang-orang yang lewat karena terlalu tergesa-gesa.

Ralin mengkhawatirkan Mirele.

Ponsel Gibran tidak aktif, Ralin semakin cemas, ketika sudah berada di dalam UKS, Ralin meletakkan tas sekolahnya dan juga milik Gibran di atas meja nakas, Dia beranjak keluar dan di depan UKS bertemu dengan Galen yang tengah berbincang dengan Aruna. Keduanya terlihat tertawa bersama berjalan beriringan melewati koridor.

"Kak Galen!"

Galen dan Aruna menoleh, keduanya menghentikan langkah.

Ralin mendekati keduanya, matanya menatap tajam ke arah Galen dan Aruna bergantian. "Mirele dimana?"

Terlihat jelas alis Galen terangkat. "Kenapa lo tanya gue? Lo temen sekelasnya."

"Mirele gak balik ke kelas sejak bel istirahat tadi." Tukas Ralin.

Galen dan Aruna sama-sama terlihat terkejut. "Kita sama sekali gak ada liat Mirele dari tadi." Aruna menjawab, entah kenapa, Ralin begitu jengah mendengar tutur bahasa Aruna yang terlihat sangat kalem tapi tersirat sesuatu lain di dalamnya itu.

"Trus kak Galen mau pulang gitu aja? Lupa kalau kak Galen tadi chat sama Mirele bilang mau pulang bareng?"

Galen bergeming, dia lupa, karena dia diminta mengantar Aruna pulang, dan Galen tidak tega menolak. Tapi jika dia ingat memiliki janji sebelumnya dengan Mirele, Galen tidak akan menerima Aruna.

"Gue gak paham sama kak Galen sumpah! Mirele—" Ralin menggantungkan kalimatnya, "Kalian tau apa yang membuat Mirele hilang?"

Aruna dan Galen sama-sama terdiam menunggu lanjutan ucapan Ralin.

"Aura ngerencanain niat jahat sama sahabat gue! Aura, saudara kak Aruna sendiri." Tekan Ralin sarkas. Gadis itu melihat jelas ekspresi berubah kedua orang yang ada di hadapannya itu.

"Jangan bercanda."

Ralin terkekeh hambar. "Bercanda kak Galen bilang? Bercanda? Lo tau kak, gue gak akan pernah buang-buang waktu gue buat bercandaan gak berguna kayak gini. Kalau bisa, gue gak mau sekalipun berurusan sama orang-orang modelan Aura!"

Beberapa detik Ralin mulai meredam emosinya, gadis itu tidak ingin membuat keributan lebih dari ini.

"Lo tenang aja kak, anterin aja sahabat lo ini pulang dengan selamat. Gak perlu cemasin Mirele. Dia udah ada Gibran sama kak Fazan yang sejak tadi berusaha nyari dia dengan insting sendiri."

Setelah mengatakan hal itu, Ralin berbalik badan meninggalkan kedua sejoli itu disana.

"Fazan?"

***

Aura, Gege, dan Sinta melangkah pasti menuju ke arah gudang tua yang terletak tidak jauh di belakang sekolah itu. Aura mengeluarkan sebuah kunci, lalu membuka pintu kayu itu dengan mudah.

Mirélen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang