Sebelum itu, jangan lupa tekan bintang dan sisipkan Komentar per-paragraf✨👑
Mirelen[part 38]
•••
Beberapa orang menatap aneh ke arah Aura dan Mirele yang berjalan bersisian melewati koridor. Di benak mereka penuh dengan pertanyaan 'ada apa gerangan dua orang yang sejak dulu bersitegang itu kini terlihat akur?'"Gue ke kelas dulu."
"Makasih, karena kebaikan lo, papa gak lagi diemin gue."
Mirele mengangguk. "Sama-sama,"
"Nanti lo ke kantin? Gue mau traktir lo. Lo boleh pesen apapun sepuas lo."
"Kesannya lo kaya nyogok gue," Canda Mirele.
"Ya, ya, ya, anggap aja kaya gitu. Gimana, mau?"
Mirele menganggukkan kepalanya. "Iya. Yaudah gue duluan ke kelas, ada jam olahraga, mau ganti baju."
"Oke, gue duluan juga."
Kedua orang itu berpisah dengan tujuan dan arah yang berbeda. Mirele mempercepat langkahnya, tak sadar jika ada Ralin yang mendekat lalu kemudian menahannya.
"Demi apa gue denger lo sama Aura akur!?"
Mirele menatap Ralin sekilas. "Lo belum ganti baju?"
"Jawab gue dulu El!"
"Musuh gue udah banyak banget, ngurangin satu musuh gak masalah kan?"
"Jadi bener? Atau jangan-jangan Aura bebas masa skorsing juga karena lo?"
Mirele mengangguk cepat. "Iya Lin, mending kita balik ke kelas sekarang,"
Ralin hanya mengangguk pasrah. Di tengah langkah keduanya, Ralin tak bisa hanya diam tanpa bertanya suatu hal terhadap sahabatnya itu. "Tapi kok bisa sih lo sama Aura-?"
"Panjang ceritanya. Ntar gue ceritain, dan lo percaya kan Lin, kalau ga ada karakter antagonis yang murni?" Ralin mengangguk.
"Sifat manusia itu abu-abu Lin,"
"Jadi lo mau bilang kalau Aura itu baik, gitu? Tapi El, masa iya dia berubah secepet itu? Yakin lo dia tulus? Nah, justru karena sifat manusia itu abu-abu, bisa aja dong besok dia balik jahat lagi sama lo?"
"Kalau dia jahat lagi, ya, dia sendiri yang nanggung akibatnya. Lo tenang aja, hidup itu gampang kalau lo ga banyak mikir, gue udah terlalu males buat mikirin banyak hal." Setibanya keduanya di kelas, Mirele dan Ralin langsung membuka tas mereka dan mengambil setelan baju olahraga disana.
"Gue duluan, lo berdua sih, lama." Gibran mengusap puncak kepala kedua sahabatnya secara bersamaan. "Inget, waktu sepuluh menit lagi buat lo siap-siap."
"Iya-iya, bawel banget sih lo! Tugas matematika gue belum kelar, isi olahraga lagi."
"Ya itusih derita lo ya, gue duluan!" Gibran pergi bersama Putra keluar dari kelas.
"Tugas gue juga belum semua lagi, nanti habis pelajaran olahraga langsung matematika kan?"
Ralin mengangguk. "Mati deh gue, bolos matematika bisa ga sih sehari? Jenuh banget gila!"
***
"Gue boleh skip gak sih olahraga kali ini?"Mirele memperhatikan teman-temannya yang mendapat giliran untuk melakukan Roll depan. Rika yang berada di samping gadis itu menepuk pundak Mirele.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirélen [END]
Teen FictionKisah mereka dimulai ketika Mirele dipertemukan dengan Galen, kakak kelas yang menabraknya di halaman sekolah. Galen itu warna baru bagi Mirele, sementara Mirele itu kepingan puzzle bagi Galen. Keduanya seperti dua ujung tali berbeda yang disambung...