Mirelen[part 15]
•••
Fazan membawa Mirele menjauhi kerumunan murid yang baru saja istirahat. Mirele kemudian menyentak kasar tangannya yang ditarik Fazan.
"SAKIT WOY!"
Fazan menatap Mirele. "Maaf, maaf."
"Lo ngapain sih kak narik narik gue ke sini? Mau ke mana?!"
Fazan menghela nafasnya. "Tadi pak Hanan dateng ke kelas gue. Dia marah marah karena pengepelannya ga ketemu. Lo taruh di mana njir tadi?"
Mirele diam. Gadis itu menerjapkan matanya, dimana ya tadi ditaruhnya pengepelan itu?
"Kok lo diem njir? Jangan bilang lo ga inget?"
"I- iya sih gue lupa. Tapi ya kak- tadi seinget gue setelah kita pel koridor kelas duabelas, gue sama lo kan langsung pergi gitu aja kan?"
"Terus dimana anjir? Ntar pak Hanan nanyain lagi ke kita."
"Elahh masak sekolahan elit gini punya pengepelan cuma satu? Lagian mana mungkin hilang. Palingan diberesin sama siapa gitu."
"Iya juga sih-"
"Gausah dipikirin. Gue mau istirahat, lo ganggu mulu!"
"Ehh!!" Fazan menahan tangan Mirele yang membuat Mirele kembali menoleh ke arah cowok itu. "Apasih kak Fazan?!"
"Gue-"
"Lo apa?! Gue mau ngantin nih!"
"Ya makannya jangan di potong goblok!" Mirele mengatupkan mulut, sementara Fazan mulai berdehem, agaknya ia akan mengucapkan sesuatu yang cukup serius.
"Gue minta maaf soal dulu-" Fazan melirik ke arah Mirele, melihat apa reaksi gadis itu.
"Soal lo yang dorong gue di lapangan basket? Soal lo yang ngatain gue-"
"Iya iya! Jangan diinget lagi deh pokoknya. Maaf soalnya waktu itu gue kesel sama lo. Makannya gue dorong trus-"
"Santai. Udah lah, gue mau ngantin. Keburu bel kan gue gadapet waktu makan. Bye kak Fazan!" Mirele melambai, sementara Fazan menatap cengo lalu membuang nafasnya kecil.
***
Galen memasuki area kantin. Cowok itu menatap ke sekeliling hingga netranya menangkap presensi seorang gadis yang tengah makan seorang diri.
Galen mendekat, memasukkan kedua tangannya di kantong celana sekolahnya.
"HM!"
Mirele yang tengah mengunyah bakso di mulutnya mendongak, mata tajam gadis itu menatap Galen datar. Lalu kembali melanjutkan fokusnya ke arah mangkok bakso.
Galen yang merasa diacuhkan menarik kursi di hadapan Mirele lalu beralih duduk di depan gadis itu.
"Apa kak Galen?" Tanya Mirele yang beralih menyedot es teh-nya.
"Baru makan?"
Mirele mengangguk. "Baru dapet istirahat gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirélen [END]
Teen FictionKisah mereka dimulai ketika Mirele dipertemukan dengan Galen, kakak kelas yang menabraknya di halaman sekolah. Galen itu warna baru bagi Mirele, sementara Mirele itu kepingan puzzle bagi Galen. Keduanya seperti dua ujung tali berbeda yang disambung...