40. She's trouble

5K 674 52
                                    

Mirélen[part 40]

•••

Rumah sakit adalah tempat yang sebenarnya sangat membuat Mirele tidak nyaman. Maka dari itu, gadis yang saat ini tengah mencepol ke atas rambut panjangnya itu memutuskan untuk beristirahat di mansion Yudhatama saja ketimbang memilih untuk melakukan perawatan di rumah sakit.

Mirele membawa langkahnya menuju ke arah kamarnya, dibukanya pintu kamar bercat putih itu dengan hati-hati. Di tangannya terdapat tas gendong miliknya yang kemudian diletakkan olehnya di atas tempat tidurnya.

“Non, mau Bibi buatkan makanan?” Tanya Bi Ani yang membantu Mirele membuka pintu balkon agar suasana kamar tersebut dapat terlihat lebih hidup. Selain itu, Mirele juga butuh angin segar alami yang dibutuhkan tubuhnya dibandingkan AC.

“Nasi goreng aja deh bi, pake telur mata sapi ya.”

Bi Ani mengangguk. “Bibi buatkan dulu ya non,” Sepeninggalan bi Ani, Mirele memilih untuk merebahkan tubuhnya di headboard ranjang queen size itu sembari menatap lurus ke arah pintu kamarnya yang terbuka setengah.

Kemarin, tidak ada satupun tanda-tanda kedatangan Papi, Mami, atau bahkan mama Jovi dan Mawar datang mengunjunginya ke rumah sakit. Mirele sebenarnya tidak merasa terlalu gimana-gimana akan hal itu, ya, darimana juga orang tuanya bisa tahu dirinya sedang dirawat 'kan? Tapi yang membuatnya sedih adalah karena pada dasarnya mereka tidak perduli kepada Mirele. Jangankan tau Mirele dirawat, tahu kelemahannya saja tidak.

Ponsel Mirele berdering, dengan pelan tangannya meraba nakas untuk mengambil benda pipih ber-case abstrak itu.

Kak Galen.

Nama si penelepon yang tertara di layar ponselnya.

Mirele menghela nafas, is bahkan lupa tentang Galen sejak kemarin. Dia lupa hanya untuk sekedar mengabari cowok itu mengenai kondisinya. Tapi walaupun sebenarnya ia ingatpun, belum tentu juga Mirele akan mengatakan jujur kepada Galen.

“Halo?”

“Maaf sempet lupa sama lo, pengen ke suatu tempat?”

Mirele terdiam beberapa saat. Sempet lupa lalu Galen langsung minta maaf? Bagaimana dengan dirinya yang juga melupakan cowok itu?

“Kak Galen gak sibuk?”

“Engga, gue mau ngajak lo ke rumah sepupu gue. Mau?”

“Boleh,” Sahut Mirele.

“Gue jemput. Tapi sharelock jangan lupa. Gue gatau dimana rumah kakek lo, El.”

“Iya bentar gue kirimin.”

“Jangan dimatiin.”

“Ha? Apa?”

“Telponnya. Biarin gini, lo mau ngapain aja gamasalah, tapi jangan dimatiin.” Suara Galen terdengar serak dan berat, apa cowok itu baru saja bangun tidur?

“Iyaa, lo pasti baru bangun tidur kan kak?”

“Hm, habis ini gue mau mandi.”

“Kak Galen udah sarapan? Atau mau sarapan di sini aja?”

“Boleh, yaudah gue mandi dulu. Inget, jangan dimatiin.”

“Iya.. iya.” Mirele bisa dengan jelas mendengar di seberang sana suara krasak krusuk yang diakibatkan oleh Galen yang sepertinya tengah mencari sesuatu.

“Kak, lo speaker hp gak?”

“Iya, El.”

“Lagi cari apa?”

Mirélen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang