Mirélen 48
Galen, Fazan, Jay, Ava, dan Robby kini tengah latihan di lapangan basket sekolah. Pertandingan antara SMA Dewara dan SMA Merpati akan dilaksanakan dua hari lagi. Galen sudah lengser dari jabatan kapten yang dipegangnya sejak seminggu yang lalu, dan kini digantikan oleh Farel anak kelas sepuluh.
"Ini pertandingan terakhir kita bawa nama sekolah. Hahhh, ga nyangka gue bentar lagi lulus." Kata Jay yang meneguk habis airnya. Peluh memenuhi wajah dan juga kaos basketnya.
"Lulus apaan! Ujian aja belum, bego!" Ujar Ava.
"Ujian dua minggu lagi, gak sih?"
Galen mengangguk, "Di jadwalnya gitu,"
Jay mengangguk mengerti, "Latihan lagi yok. Sekali lagi, habis itu pulang."
Ketiga orang itu beranjak. Kembali masuk ke tengah lapangan untuk latihan. Galen kembali memakai headband miliknya, mengambil alih bola dan melakukan dribble ringan, lalu diopernya ke arah Fazan.
***
Di tengah ramainya lapangan sekolah karena adanya acara perlombaan antar kelas, Ralin merasa kesepian. Mirele tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak diketahui dan Gibran juga tidak sekolah karena tengah sakit. Ralin benar-benar merasa tidak memiliki teman sekarang.
"Lin, ayo giliran kita." Ralin hanya mengangguk singkat kala salah satu teman sekelasnya menegur. Ralin berdiri, mulai masuk ke tengah-tengah lapangan dan kelasnya akan melakukan tarik tambang melawan kelas sebelah.
"Ayo mantan, semangat!" Semangat Jay yang tanpa diduga oleh Ralin, tiba-tiba saja lewat di sisinya masih dengan kaos basketnya. Jay tersenyum singkat kepadanya sebelum pergi dari sana. Teman-temannya banyak yang memggodanya terang-terangan akibat ulah Jay. Ralin tersenyum singkat sebelum akhirnya menarik dengan sekuat tenaga Tali tambang demi kemenangan kelasnya.
Peluit berbunyi. Ralin dan teman-temannya banyak yang tersungkur ke belakang saking semangatnya. Dan akhirnya kelas mereka menenangkan babak pertama itu.
Ralin bersama teman-temannya yang lain kembali duduk, Ralin mengipas-ngipaskan wajahnya, sebelum suara dentingan notifikasi ponselnya menarik perhatiannya.
Jay
| Gue tau lo bisa.
| Jangan sedih lagi dong, mantan."Dasar mantan gatau diri. Ngapain lo ngerusuhin hati gue lagi, sih Kak?"
***
Ralin rasanya mau menangis saja saat kini dia tengah dihukum karena tidak mengerjakan tugasnya semalam. Ini sudah hari kedua dimana Mirele dan Gibran sama-sama tidak masuk sekolah lagi.
Ralin duduk di bangku panjang taman sekolah. Dia terisak menatap bukunya. Tangannya sibuk menulis, tapi matanya sudah basah.
"Lo berdua jahat tau gak sih! Ternyata gini ya rasanya cuma punya kalian di sekolah. Pas kalian gak sekolah, gue rasanya mau ikut sakit juga." Ralin mengelap ingusnya dengan tisu, sekalian dengan air matanya.
Ralin tidak tahu kenapa dirinya sangat emosional sebab tidak mendapati Mirele dan Gibran ada di sampingnya. Teman sekelas Ralin itu sebenarnya banyak yang mau mengajaknya, tapi hanya saja Ralin tidak nyaman dengan mereka. Dia benar-benar merasa sepi kedua sahabatnya tidak sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirélen [END]
Teen FictionKisah mereka dimulai ketika Mirele dipertemukan dengan Galen, kakak kelas yang menabraknya di halaman sekolah. Galen itu warna baru bagi Mirele, sementara Mirele itu kepingan puzzle bagi Galen. Keduanya seperti dua ujung tali berbeda yang disambung...