03

1.5K 79 7
                                    

Vote dan coment-!

Happy reading

°
°
°

"Geha males mah, suruh paman aja, lagian diluar panas banget, yakali Geha ngangkat dari tokonya sampe kerumah. Gak elit banget, seorang anak orang kaya panas-panas-an demi satu air galon," protes Geha sambil memainkan ponselnya, gadis itu tak terima disuruh beli air galon. Ada pembantu ya tinggal suruh.

"Joni lagi sibuk, ayolah nak mama cuma minta tolong ini doang, nanti pas udah dapet, kalau bisa leha-leha sepuasmu."

Geha berdecak kesal, gadis itu bangun dari posisi tengkurap lalu menatap mamanya sedikit kesal. Gadis itu pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun sembari menghentakkan kakinya.

Gadis dengan celana pendek sepaha dengan kaos putih polos sedang berusaha memegang payung dan galon air yang kosong, sebentar lagi dirinya akan sampai. Sebenarnya toko yang ia tuju tak jauh, cuma di seberang jalan dan dirinya akan sampai.

Geha meletakkan galon sedikit kasar dan langsung duduk selonjoran di depan toko, gara-gara mama nya, gadis itu harus panas-panasan. Belum lagi nanti pulangnya, saat ia membawa galon yang sudah berisi.

"Ini mbak," Geha menolehkan kepalanya, dan langsung memberikan uang pas. Lima menit berlalu tetapi Geha masih tetap diam di tempatnya.

Gadis itu berdiri dan langsung mengangkat galonnya meninggalkan payung yang ia bawa tadi, tetapi saat akan berbalik dan berlari, seseorang menabrak dirinya yang siap tak siap galonnya terjatuh mengenai kakinya.

Geha menutup matanya saat merasakan cipratan air yang lumayan banyak mengenai kaos dan juga celana pendeknya, juga punggung kaki yang nyut-nyutan.

Gadis itu langsung menatap pelaku dari kejadian ini. Dirinya refleks berjongkok dan memegang jari-jari kakinya yang sangat merah. Banyangkan saja air galon jatuh ke kaki kalian, bagaimana tidak pincang saat berjalan.

Geha tak menangis, gadis itu cuma meringis dan tak tau apa yang akan ia pegang sebagai tumpuan.

Tiba-tiba sebuah tangan terulur memegang tangan gadis itu yang sibuk mencari tumpuan. Geha mendongak dengan tatapan tajam yang seolah-olah bisa membunuh orang tersebut.

"Maaf, ayo gua anter ke rumah," tawar laki-laki itu.

Geha berdiri dan langsung menampar pipi orang didepannya saat ini. Sakit yang ia tahan-tahan sudah tak kuat lagi, rasanya nyut-nyutan dan seperti tak kuat menompang tubuhnya sendiri.

"Lo punya mata gak sih?" Tanya Geha dan berdirinya sedikit oleng. Andai saja orang itu tak menangkapnya, pasti Geha sudah jatuh di genangan air yang sekarang ia injak.

"Sakit?"

"Gua sehat! Ya iyalah goblok!"

"Gua anter ke rumah ya?"

"Gak, gua bisa sendiri!" Geha berusaha melepaskan tumpuannya, tetapi laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya.

"Udah sini, gausah nolak, dikasih yang enak malah milih yang sengsara."

Geha merasakan tubuhnya terangkat, sialan laki-laki ini, tidak kenal tapi asal gendong orang sembarangan. Geha memberi sumpah serapah kepada laki-laki yang sedang menggendongnya menuju rumah.

"Astaga Gege, kamu kenapa nak?" Tanya mamanya sangat cemas.

"Ayo nak letakin Gege di sofa!" Laki-laki itu mengangguk.

"Tunggu disini, mama ambil obat dulu," Geha mengangguk.

Pandangan Geha terarah kepada laki-laki yang sedang memijat pelan punggung kakinya. Dirinya tidak tau siapa dan dari mana laki-laki ini muncul. "Lo pasti gak tau gua, tapi gua tau Lo, ratu shopping," ucap laki-laki itu lalu mendongak menatap mata Geha.

Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang