19.Doi

611 38 0
                                    

Sebelum baca silahkan klik bintang di pojok kiri bawah.

Tinggalkan jejak ya kawan-kawan. Kek dia yang pergi dan ninggalin rasa sakit dan kekecewaan, hiksrot (〒﹏〒)

Happy reading

°

°

°

Geha berangkat sekolah lebih dulu, berjalan di trotoar sendirian. Entah kenapa hatinya merasa sangat kesal saat bangun tidur. Saat kedua matanya langsung mendapat sambutan dua orang berpelukan, terlebih lagi laki-laki itu memeluk tamu yang tidak diundang seperti waktu memeluk dirinya. Sangat menyebalkan dan halal untuk dibunuh.

Bodoamat gua kagak makan, hutang ke Ceva bisa tanpa minta ke Abim. Laki medit bin miskin, udah miskin, medit, sok-sokan mau poligami.

Geha menendang kerikil kecil-kecil yang berada dihadapannya beberapa kali. Gadis itu terus-terusan mengoceh tak jelas sepanjang trotoar, berusaha meluapkan emosi seperti ini lumayan menguras tenaga.

"Gada tanggung jawab sama sekali, itu lagi si Aca, gak guna banget punya rumah lagian kan ada orang tuanya. Abim lagi, sejak kapan dia manggil aku kamu? Alay banget."

Geha siap-siap menendang batu yang lumayan besar, ia sudah siap memasang sikap kuda-kuda.

"Bismillahirrahmanirrahim headshot!"

Brak

Matanya melotot saat batu yang baru saja ia tendang mengenai kaca mobil putih yang baru saja lewat. Geha mengelus dadanya lega.

"Untung gak pecah. Eh, kek pernah liat itu mobil, dimana ya?" Geha mengetuk kepalanya, "Tapi dimana?"

"WOY!"

Geha terperanjat dengan mata melotot seketika saat seorang laki-laki menghampirinya, ia sangat hafal postur tubuh laki-laki itu.

"Kenapa masih disini?"

Geha grogi, gadis itu mengelus ceruk lehernya sembari tertawa canggung, "Masih terlalu pagi, jadi gua lambatin jalan gua. Kalau lo mau nolongin ya ayo angkut gua aja, bisa gak, Nan?"

Nanta menggeleng, laki-laki itu melirik batu yang tadi Geha tendang. Menyadari itu Geha langsung menghalanginya.

Geha cengengesan, "Anu... t-tadi khilaf, bersyukur dong kacanya gak pecah," ucapnya sedikit gugup.

"Kalau pecah lo tanggung jawab."

Geha sontak menggeleng, "Eh, nggaklah! Gua gada duit, Nan."

"Siapa bilang pake duit?"

"Terus pake apa? Daun? Koran? Atau buku tulis?"

"Nggak jadi, ayo gua anter," ujar Nanta berjalan mendahului dengan kedua tangan yang dimasukkan kantong celana abunya.

Geha mengerjapkan kedua mata berkali-kali, benar tadi Nanta menawarkannya? Seketika Geha berteriak bahagia, akhirnya ia tak capek-capek jalan kaki.

"Nan, ini mobil baru beli? Ini plastiknya belum dibuka," ujar Geha sembari menarik-narik plastik yang membungkus jok mobil Nanta.

Plak

Geha mengelus punggung tangannya, gadis itu menatap Nanta tajam yang baru saja memukul punggung tangannya yang halus dan mulus.

"Sorry, jangan dibuka, Ge. Itu emang disengaja." Nanta menarik tangan Geha lalu mengecupnya di tempat yang tadi dipukulnya.

Geha melototkan bola mata, gadis itu menarik tangannya paksa, rasa syok masih memenuhi dirinya.

Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang