30. Seragam katun

472 43 8
                                    

Budayakan vote sebelum membaca!!

Please tinggalkan jejak:)

Happy reading sayang-sayang ❤️

Geha celingak-celinguk memastikan keadaan sekitar sudah sangat sepi. Kelasnya yang pulang terlebih dahulu memberikan kesempatan untuk bisa melancarkan aksinya.

Melirik jam kelas, ia yakin Ceva sudah berada di parkiran sekolah. Sedangkan laki-laki yang biasanya pulang bersamanya, tiba-tiba ijin pulang duluan. Aneh, tapi Geha tidak mau peduli.

Melangkah mengendap-endap seperti maling melewati koridor kelas, membuat anak kelas lain meliriknya aneh dari dalam kelas. Meskipun ada sedikit murid berlalu lalang, gadis itu tetap berjalan dengan langkah hati-hati dan waspada.

Memelankan langkahnya semakin memakan banyak waktu, ia berhasil sampai di lapangan parkir. Melihat Ceva yang juga celingukan, Geha menahan senyuman.

"Oyyy!" Panggilnya.

Orang yang dipanggil menoleh. Geha berlari menuju Ceva.

"Lama banget anjir, gua kek anak ilang."

"Ya maap, yok takut orangnya keburu kesini." Geha menarik paksa tangan Ceva.

Kerutan muncul di kening temannya. Motor sport warna dongker yang membuatnya bingung.

Geha menepuk pundak Ceva. Gadis itu menunjukkan gunting yang ia pegang. Berjongkok tepat di depan motor sport tersebut mencari sesuatu.

Ctaks

Dua buah kabel rem terpotong jadi dua. Senyuman Geha terbit dari bibirnya yang tipis. Gadis itu berdiri sambil memasukkan gunting ke dalam tas.

Melihat Ceva yang diam sembari melotot melihat kelakuannya. Dengan cepat Geha kembali menyeretnya keluar sekolah.

"Itu motornya siapa?"

"Rafael," jawab Geha enteng.

"Kenapa lo potong?"

"Ya karena gua benci dia."

"Hati-hati benci dan cinta beda tipis. Lo mau pulang bareng gua?" Tawar Ceva.

"Gausah, gua naik ojek aja."

Mendapat anggukan dari lawan bicaranya, membuat suasana menjadi hening.

Deruan mobil mengalihkan pandangan keduanya. Mobil Pajero sport hitam di depannya dimasuki oleh seorang gadis.

"Gua duluan, Ge." Ceva melambaikan tangan.

Geha membalas lambaian tangan dengan senyuman tipis. "Hati-hati."

Dirinya kembali murung, memikirkan caranya pulang. Geha merogoh saku seragamnya tidak menemukan apa-apa kecuali bungkus permen.

Menghela nafas panjang, tidak ada jalan lagi kecuali jalan kaki. Itung-itung mengeluarkan keringat di sore hari.

***

Laki-laki berkaos hitam yang melekat di tubuhnya, juga wajahnya berlumuran oli, dan celana hitam terlihat sedang terlentang di bawah mobil yang sedang ia servis. Mendapat tugas dari atasan, ia tak bisa menolak.

Biasanya anak-anak seumuran dirinya masih bersenang-senang bersama keluarganya, nongkrong bersama teman-teman dan berfoya-foya di mall terbesar di kotanya. Namun berbeda dengan dirinya yang harus bekerja keras demi mencukupi kebutuhan dan tanggung jawab yang ia rengkuh. Meskipun masih mempunyai tabungan, Abim tidak bisa terlalu foya-foya.

Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang