14.Tayo

687 41 6
                                    

Vote dan coment-!

Happy reading

°

°

°

Mendengar perkataan Abim membuat Geha sontak melotot, gadis itu semakin menarik Abim menjauh dari rumah. Dirasa sudah cukup jauh, Geha melepaskan gandengannya, gadis itu mencebikkan bibir. "Gua? Cemburu? Dalam mimpi lo!"

Abim memperhatikan penampilan Geha dari atas sampai bawah. "Kita mau jalanan jauh dan lo cuma pakek celana pendek kaos biasa? Lo niat matuhin ucapan gua gak sih?"

"Kan tadi malem gua bilang apa kata besok."

"Gadis labil. Terus buku nikahnya mana?"

"Ya gua letakin di kasur, buat apa bawa itu."

"Cepet cari toilet umum! Ganti baju lo!"

Geha memutar bola mata malas, gadis itu berdecak kesal. "Kalau lo ada masalah dengan penampilan gua yaudah gua gak ikut, "Geha memalingkan wajahnya.

"Yaudah, tapi kalau ada yang liatin lo mulu di mini bus jangan ngadu ke gua. Tunggu bentar lagi mini bus nya bakal jemput kita."

Mendengar kata mini bus, Geha sudah bergidik ngeri. Bukan takut diperhatikan badannya tetapi ia membayangkan bagaimana bau keringat orang-orang yang ada disitu.

"Ayok ge!" Abim menarik tangan Geha memasuki mini bus setelah memasukkan kopernya di bagasi mini bus.

"emang kita mau kemana?"

"Kampung budhe gua."

"Serius lo? Kita naik tayo? Lagian kampung budhe lo itu letaknya di mana?" Geha menyebut mini bus nya dengan sebutan tayo karena selain kecil warnanya juga biru.

"Bumi."

"Lo bukannya orang Jakarta? Kok punya budhe disana?"

"Mereka aslinya orang sana, tapi waktu dulu merantau ke Jakarta terus beli rumah di jakarta yang sekarang kita tempati."

"Oh gitu."

"Heum."

Geha diam, dirinya tidak bisa bergerak karena tubuhnya terhimpit oleh Abim dan orang yang berbadan besar yang duduk di sampingnya dekat dengan pintu.

Anjem gua kegencet

Geha menatap sepasang suami istri dan anaknya yang anteng memakan coklat didepannya. Sudah lama ia tak memakan cokelat, rasanya sekarang jiwa-jiwa perampoknya ingin merebut coklat dari tangan anak kecil itu hingga menangis.
Geha semakin menggeser posisi kakinya saat pria berbadan kekar disampingnya sengaja menginjak sepatu yang dipakai. Geha melirik pria berbadan besar itu yang tersenyum lebar kepadanya. Gadis itu merasakan paha bawahnya dipegang.

Sialan! Keparat! Gak sudi banget paha gua di gepre-gepre gini

"Bim!" Geha berbisik memanggil nama laki-laki itu tetapi yang dipanggil tak menoleh sama sekali bahkan di kedua telinganya sudah terpasang earphone.

Geha merasakan paha bagian bawahnya dielus-elus lagi, sesekali Geha menepis tangan pria berbadan kekar itu tapi masih mengganggunya.

Geha menepisnya kembali melirik sinis kearah pria itu.
"Om, bisa gak sih jangan ganggu gua? Tangan om gatel ya? Sayangnya gua gak bawa garpu! Mau gua beliin?"

Geha semakin melotot saat pria itu menatapnya kaget.

"Apa? Kaget? Jangan pikir gua takut ke om! Mentang-mentang tua seenak jidat ngelus paha gadis."

Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang