31.Toko buku

464 36 2
                                    

Siap ketemu Abim-Geha? Jangan lupa tinggalkan jejak, okay???

Ku memaksa kalian untuk komentar!!! Ceffat!!! Setidaknya satu akun satu komentar 😭

Happy reading sayang-sayang ❤️

°

°

°

Gadis cantik dengan polesan make up tipis sedang memakai sepatu sport putih tanpa kendala. Berdiri membersihkan celana jeans yang hanya sebatas paha, ia menepuk pundak Abim dari belakang, gadis itu langsung menggandeng tangan laki-laki yang memasang raut wajah pasrah membiarkan gadisnya menyeret paksa.

"Tambah beliin sepatu ya? Ya ya ya? Liat nih sepatu gua udah buluk kek muka lo." Geha menunjuk sepatu putih yang sudah bisa dikategorikan sedikit kotor karena ada debu-debu dan bekas injakan disana.

"Kapan-kapan."

"Serius? Janji ya?" Tanya Geha antusias lalu menunjukkan jari kelingkingnya.

"Ayo janji!" Paksa Geha karena pria itu tak kunjung menautkan jari kelingkingnya.

Geha menarik paksa tangan Abim, menautkan sendiri tangan laki-laki itu. "Okay, tanggal lima Februari dua ribu dua puluh dua, Abim Dirgantara udah janji! Janji gak boleh diingkari!"

"Mau jalan kaki? Apa lo tunggu dirumah aja?"

"Eh enak aja nyuruh gua tetep dirumah. Ya, gua ikut no kecot no debat!"

"Jangan nyusahin gua kek tadi sore!"

"Iya-iya."

Geha menghirup udara dingin yang dipancarkan AC dalam toko buku. Udara sejuk menerobos masuk ke sela-sela sweeter soft purple yang ia pakai. Melangkah menelusuri setiap sudut ruangan toko, mencari peralatan sekolah yang ia datangin.

"Mana, Bim? Kanvasnya?" Tanya Geha sembari celingak-celinguk.

Abim menarik kerah belakang sweeter Geha, sedikit menarik gadis itu ke tempat yang tidak sengaja mereka lewati.

"Ehh lepas anjir! Ini gua jalan mundur, goblok!" Jerit Geha sambil memukul-mukul lengan Abim.

Abim melepaskan tarikannya.  Memberikan kode lewat matanya yang dibalas cengiran polos. "Tadi transparan kali, suer, Bim. Gua gak liat ni kanvas."

"Cepet ambil dua, terus pulang."

Geha mengangguk, mengambil dua buah kanvas berukuran 40×40 lalu membawanya susah payah mengejar Abim yang berjalan didepannya. Sembari menggerutu kesal Geha berkali-kali memeluk erat kanvas yang selalu ingin jatuh.

Dugh!!!

Karena kurang memperhatikan jalan, keningnya membentur punggung seseorang. Geha tau seseorang didepannya berdecak kesal. Mendongak memberikan tatapan tidak kalah tajam.

"Lelet!"

"Gua gak lelet! Lo yang kecepatan. Gak tau orang susah payah bawa ini ya?" Geha melirik kanvas dalam dekapannya.

Abim bersedekap memberi kode dengan menaikkan alisnya menyuruh gadis itu berjalan lebih dulu.

"Heh anjir cat warnanya gimana sama paletnya?"

"Ambil yang paling kecil di samping lo!"

Geha menoleh ke samping kanannya dimana kuas, palet dan cat warna  berjejeran rapi, mulai  dari yang besar sampai paling kecil.

Tidak mendengarkan ucapan laki-laki itu, Geha mengambil yang sedang dan yang paling kecil seukuran jari kelingking. Menunjukkan pada Abim yang juga ikut menimang-nimang.

Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang