Dukungan mu, semangat bagiku... Aseq
Vote lah uyyyy! Masa kagak mau vote.
Happy reading sayang-sayang
•
•
•
Geha meneliti penampilan gadis yang dikatakan cengeng oleh Abim. Terlihat dari penampilannya, gadis itu baru saja pulang dari mall, mungkin? Jika bukan dari mall, baju rapi seperti itu akan digunakan kemana lagi.
Diam-diam Geha melirik dua orang itu bergantian, mengedikkan bahu, ia memilih meneruskan acara menjemur pakaiannya.
Isakan gadis cengeng yang tak lain adalah Aca membuat Geha geregetan sendiri. Kalian bayangkan saja, jika ada orang yang menangis di samping kalian, pasti timbul hasrat ingin mencekiknya, bukan?
Dengan ekor matanya yang samar-samar melihat kelakuan Aca, Geha berdecak tak suka ketika gadis itu memegang kedua tangan Abim.
"Ngomong-ngomong gua masih butuh bantuan woy!!!" Sindir Geha.
Aca menatap wajah Abim yang datar, mata gadis cengeng itu berkaca-kaca.
"Jelasin ke Aca sekarang!"
Geha melirik sinis keduanya. "Jelasin-jelasin, pacar aja bukan."
"Diam kamu! Abim, ayo jelasin!" paksanya.
"A-aku ...," ucapan Abim terbata-bata, ia melirik Geha.
Abim meneguk salivanya susah payah. "Aku bisa jelasin, Ca." Abim menghapus air mata di pipi Aca.
Diam-diam Geha mencengkram erat baju ditangannya. Bisa dikatakan Geha kini menahan gejolak jiwa-jiwa bullying. Giginya menggeretak, tak sengaja pandangannya bertubrukan dengan Abim yang menenangkan Aca di dalam dekapannya.
Abim menatap tetesan air yang keluar dari perasan kasar Geha, dia mendorong pelan tubuh Aca.
Menatap Geha yang memalingkan wajahnya, raut wajah gadis itu sudah asam. Artinya, tidak ada yang boleh mengusiknya sedikitpun.
"Aca, gausah nangis, ya?! Nanti aku jelasin. Kamu salin dulu sana."
Aca menggeleng, gadis itu tiba-tiba mencengkram pergelangan Geha.
Geha menatap tanpa ekspresi. Menaikkan satu alisnya, dengan tatapan tajam tidak menunjukkan persahabatan terpancar jelas di wajahnya.
"Mau Abim? Ambil aja! Lo udah tau kan kalau dia bukan kakak gua, jadi gausah ganggu gua lagi!" Hina nya, Geha memalingkan muka. Senyum miris ia berikan kepada dirinya sendiri, menertawakan nasipnya sendiri yang sangat miris, benar-benar miris.
"Kenapa lo nyembunyiin ini semua?"
Geha meneliti wajah Aca. "Karena buat apa punya suami kekurangan materi? Apalagi ngumbar sana-sini? Ca, jaman sekarang materi itu perlu! Kalau dulu gua gak ngelakuin kesalahan, nasip gua gak bakal gini!" Ucapnya sembari menatap Abim dan menekan setiap kata yang diucapkan.
"Gak seterusnya Abim kek gitu?! Gua tau Abim sering banting tulang demi ngurus, lo." Aca menegang kedua bahu Geha. Gadis itu menatap penuh arti.
"Apa selama ini lo gak pernah ngehargain keberadaan Abim?"
"Kalau iya kenapa?"
"Ge, buka mata lo!!! Cinta dia tulus. Jangan pernah nyesel kalau gua berhasil ngerebut dia." Aca melepaskan cengkeramannya. Menatap Abim dan Geha bergantian.
"Gua udah tau kalian punya ikatan lebih dari kakak adik. Semenjak kalian berdua pergi pulang kampung, gua udah curiga. Gak mungkin Abim keliatan gugup bicara soal lo kalau gak ada apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅)
Fiksi Remaja|| Story 2 Jovinasepta_ || Genre: Fiksi remaja || Ekhem follow dulu sebelum baca biar berkah!!! || "Jangan mencari yang sempurna, jika dirimu saja masih banyak kekurangan." Ini bukan cerita bad boy bertemu good girl, tetapi kisah seorang gadis SMA k...