45. Gak nerima penolakan

808 46 3
                                    

Tin...tin....

Tin...tin....

Prang

Geha membanting sendok di tangannya, gadis itu menahan nafas, membungkam mulut rapat-rapat. Sudah sebulan ini Rafael mengganggunya, selalu maksa mengantar jemput dirinya.

Ingin rasanya ia baku hantam dengan cowok yang selalu memencet klakson motornya.

"BIBI!!! SURUH ORANG DI DEPAN MINGGAT DARI RUMAH GUA!"

Geha menyenderkan kepalanya di sederan kursi makan, bahkan mau makan dengan tenang aja ia tidak bisa.

Geha melihat Bi Mani berlari tergesa-gesa membuka pintu. Ia menatap malas makanan di piringnya yang tinggal separuh, mengambil sendok baru, gadis itu mengaduk-aduk nasi goreng itu.

"Non, ini katanya pacarannya non Geha!"

Spontan gadis itu berdiri, berlari menyusul Bi Mani sebelum Mamanya keluar dari kamar dan sebelum semuanya terbongkar.

Geha menggeser posisi Bi Mani. "Bibi pergi aja." Ucap Geha lalu menaikkan satu alisnya melihat keberadaan Rafael di pagi hari seperti ini. Melirik jam dinding, Geha melipatkan kedua tangan sambil menyender di ambang pintu.

"Masih jam enam kosong-kosong. Gabut, lo? Dan satu lagi jangan koar-koar di rumah gua apalagi ngaku-ngaku!"

"Ayok berangkat sekarang aja." Tiba-tiba Rafael mengulurkan tangannya membenarkan dasi Geha yang sedikit mencong.

"Ini kenapa gak dibenerin dulu?"

"GEGE!"

Geha langsung mendorong dada Rafael tapi dirinya kalah cepat. Kela sudah berdiri disampingnya. Keterkejutan gadis itu masih belum sampai disitu, Rafael tiba-tiba mencium punggung tangan Kela. Matanya sampai melotot-lotot melihat mamanya tersenyum lalu mengelus rambut hitam Rafael.

"Temennya Gege ya? Mama sudah dikasih tau Bi Mani sebulan ini kalian sering pulang berangkat bareng."

"Eh iya, Tan. Maaf saya baru minta izin sekarang."

"Santai. Pasti kamu disuruh Dirga ya?"

Geha ketar-ketir, gadis itu langsung membekap mulut Mamanya, melirik Rafael, Geha lalu menyengir kuda. Menarik tangan Kela ke ruang tamu, Geha mendorong pundak Mamanya agar duduk di sofa.

"Ma... Gege udah peringatin, mama jangan nyebut-nyebut nama Abim lagi!" Geha melirik Rafael. "Dia gak ada hubungannya sama Abim. Abim ya Abim dia lagi ikut olimpiade."

"Emang kamu gak kangen suamimu, Ge?"

Deg

Kela menuntun Geha supaya ikut duduk disampingnya. "Dirga selalu vc Mama lho, bilang kangen, kangen, kangen. Katanya kalau chat kamu atau vc selalu gak diangkat."

"Y-ya kan...."

Tiba-tiba Kela mendorong kening Geha.

"Inget suamimu! Siapa tau temenmu itu disuruh Dirga."

"Mama batu banget, Rafael itu gak akur sama Abim. Lagian Gege ngapain ngangenin Abim itu, palingan dia lagi pedekate sama cewek."

Kela memencet hidung anak gadisnya yang langsung ditepis.

Menekuk raut wajah, Geha menyingkirkan tangan Kela dari atas punggung tangannya.

"Eumm gengsi, nanti mama aduin ke Dirga. Yaudah sana berangkat, kasian temenmu gak tau kalau cewek yang mau di pdkt in udah punya milik orang."

"MAMA!"

"Udah sana!" Kela mendorong punggung Geha.

Hampir saja gadis itu terjatuh karena tali sepatunya yang lepas jika tidak bisa mengimbangi.

Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang