Hai kalian 👋
Makasih yang udah stay di cerita author. Nih author kasih lope-lope
ʕ • · • ʔ
/ づ♡ =͟͟͞͞♡Sebagai rasa sayang author ke readersnya eaqq
Okey, happy reading
°°
°
Abim membuka pintu rumah sembari menuntun pelan gadis di dekapannya. Membawanya menuju kamar mandi lalu menyuruhnya membersihkan badan terlebih dulu.
Abim melangkah pelan menuju koper Geha, mengeluarkan baju yang akan dipakai gadis itu. Abim kembali mendekati pintu kamar mandi, menyenderkan punggungnya di pintu itu sembari menunggu dengan sabar ketika antriannya.
Laki-laki jangkung berkulit sawo matang itu menegakkan badan ketika Geha membuka pintu. Abim melirik Geha sekilas kemudian menyodorkan baju yang ia pegang tanpa menoleh sedikitpun.
Geha mengambilnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian memasuki kamar mandi lagi. Tidak butuh waktu lama, ia keluar dengan baju tidur yang bermotif beruang. Geha menyodorkan handuk yang ia pegang. "Makasihh!"
Abim mengangguk lalu memasuki kamar mandi. Membersihkan kulitnya yang sudah lengket.
Geha merebahkan tubuhnya yang lumayan lelah, seharian ini ia sangat lelah, kakinya seakan-akan lemas tak bisa digerakkan.
Akibat rasa bosan menyerang, Geha memutuskan bermain ponsel. Menghidupkan layar yang menampilkan foto masa kecilnya bersama Dirga. Kenapa ia masih menyimpannya? Sebab ia masih merindukan Dirga kecil, teman masa kecilnya dulu, suami kecilnya dulu bukan Dirga yang ia benci sekarang.
Memalingkan wajahnya takut perasaan sayang tiba-tiba muncul. Geha kembali menatap layar ponsel yang ia genggam. Gadis itu mengubah layar ponselnya dengan fotonya sendiri baru ia bisa bernafas lega. Atensinya teralihkan oleh suara pintu kamar mandi yang terbuka. Laki-laki itu, Abim semakin mendekat dengan kaos putih dan kolor hitam.
Geha merasakan tempat disampingnya ada pergerakan, tetapi ia acuh tak acuh, toh bukan urusannya juga.
Tring
Geha langsung membuka notifikasi barusan inilah yang ditunggu-tunggu, jujur dari tadi ia menunggu notifikasi tetapi tidak ada yang masuk sama sekali.
+622325777***
Apa kabar ge?
Geha mengeryit heran, siapa lagi ini?disaat otaknya berpikir keras notifikasi kembali masuk.
+622325777***
Seseorang yang pernah kamu tolak waktu kelas sembilan.
Geha memutar bola mata malas. Ia tidak ada niat akan membalas pesan itu, biarlah orangnya menunggu, emang Geha tak peduli? Tentu tidak. Gadis yang mulanya menatap langit-langit kamar sekarang berbalik menghadap Abim. Tubuhnya tiba-tiba menegang, ia kira laki-laki itu sudah mati suri ternyata masih memandanginya tajam.
"Siapa?" Tanya Abim datar.
Geha menutup kedua kelopak mata tidak menanggapi ucapan Abim. Mendengar berat suara laki-laki yang terus-menerus menjejali dengan pertanyaan-pertanyaan Geha membalikkan tubuhnya memunggungi Abim yang menghela nafas berat.
Geha merasakan getaran yang berasal dari benda pipih yang ia dekap. Memandangi lumayan lama nomor tak dikenalnya. Geha memutuskan menekan tombol hijau hingga suara berat di seberang sana terdengar jelas.
"Udah cukup!! Gausah nanya-nanya kabar. Kalau gua udah nolak lo berarti lo udah tereliminasi! Lo bukan kriteria cowo idaman gua. Paham? Jangan chat apalagi nelpon kek gini, risih!" Sarkas Geha tidak peduli dengan perasaan orang yang berada di balik telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅)
Teen Fiction|| Story 2 Jovinasepta_ || Genre: Fiksi remaja || Ekhem follow dulu sebelum baca biar berkah!!! || "Jangan mencari yang sempurna, jika dirimu saja masih banyak kekurangan." Ini bukan cerita bad boy bertemu good girl, tetapi kisah seorang gadis SMA k...