Pertama-tama saya mau bilang makasih sudah nyempetin baca ini cerita. Semoga kalian betah di cerita saya.
Vote dan coment nanti saya kasih jajan dikirim pake jasa ghaib express.
Happy reading ( ◜‿◝ )♡
•
•
•
Geha berlari terbirit-birit menghindari amukan satpam sekolah yang mengejarnya tak kenal lelah. Suara makian terdengar jelas di telinganya. Ia tidak mempermasalahkan hal itu karena sadar dirinya yang asal menabrak orang dan kabur begitu saja.
"MAMA TOLONG! PAK SATPOL, GEGE MINTA MAAP PAK, BAPERAN BANGET JADI MANUSIA," Teriak Geha semakin melajukan larinya.
"SATPOL MATAMU! SAYA SATPAM BUKAN SATPOL!"
"YA MAAP LAGIAN UDAH DI DOAIN BAIK-BAIK MALAH PROTES."
"SINI KAMU!"
"MAMAAAAA!!!!"
Geha menarik pintu ruang kepala sekolah tanpa pikir panjang, menghirup oksigen dengan rakus, akhirnya ia bisa meloloskan diri. Hawa dingin menyusup menembus sela-sela seragamnya. Geha merasakan ada yang memperhatikannya, ternyata benar di depannya sudah terdapat dua laki-laki yang sedang duduk berhadapan di kursi saling memberikan tatapan bingung.
Geha menampilkan gigi rapinya dengan langkah percaya diri gadis itu duduk di dekat cowo yang sedang menghadap kepala sekolah. Geha menaikkan alisnya meneliti penampilan laki-laki di hadapannya. "SMA mana lo?"
"Bahasamu! Diruang saya pakai bahasa yang sopan!" Tegas kepala sekolah.
Geha tersenyum kikuk, ia benar-benar lupa status pria paruh baya yang menegurnya barusan. "Maaf pak." Geha berdiri dari kursinya, ia membungkukkan badan sebelum izin keluar ruangan. "Saya izin keluar bapak kepala banteng—eh maksudnya bapak kepala sekolah." Geha memukul mulutnya sendiri. Terdengar kekehan dari samping membuat kepala Geha memutar sendiri.
"Kamu anterin Rafael sekalian ajak dia keliling-keliling, kalau guru mapel udah masuk kelas bilang kamu disuruh kepsek."
Geha mengangguk. Dirinya belum beranjak tetap menatap pria bertubuh gempal berperut buncit itu, tidak lupa dengan kaca mata yang selalu melekat di hidungnya sedang menandatangani berkas-berkas.
"Ngapain masih disini?"
Geha terperanjat, bahkan tanpa menatap dirinya yang sedang berdiri, kepala sekolah biasa tau kalau ia sedang memperhatikannya. "Saya izin pak."
Geha membalikkan badan menghadap laki-laki yang diketahui namanya Rafael. "Ayo!"
Rafael menggangguk, membuntuti gadis berkuncir kuda. Ia masih memperhatikan Geha yang menutup pintu ruangan kepala sekolah. "Kelas berapa?" Tanya Geha ketus.
Mereka berdua mulai berjalan beriringan, mengabaikan tatapan murid lain. "Dua belas MIPA dua," jawab rafael datar.
"Oh kelas sebelah. Nama panjangnya siapa?"
"Rafael Ardan Nugraha."
Kedua alis Geha tertekuk, rasanya ia pernah mendengar nama itu.
"Gue kembarannya Nanta, dia yang nyuruh gue pindah," ucap Rafael datar.
"Pantes nama belakang kalian sama." Geha menunjuk pintu yang diatasnya bertuliskan perpustakaan. "Ini perpustakaan, lo mau masuk? Lihat-lihat buku gitu?"
Rafael mengangguk memperhatikan Geha dari belakang yang membuka pintu. "Rendah bener selera Nanta."
Geha mencengkram erat kenop pintu perpustakaan, ia menggigit bibirnya dan telinga yang sudah memerah menangkap perkataan Rafael. "Dia kira dirinya cakep kali? Gua yakin dia jones, mana ada cewe suka modelan dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅)
Teen Fiction|| Story 2 Jovinasepta_ || Genre: Fiksi remaja || Ekhem follow dulu sebelum baca biar berkah!!! || "Jangan mencari yang sempurna, jika dirimu saja masih banyak kekurangan." Ini bukan cerita bad boy bertemu good girl, tetapi kisah seorang gadis SMA k...