26.Kupu-kupu

543 54 5
                                    

Oke, sebelum baca saya mau bilang makasih untuk yang udah stay dan support saya dan cerita ini. moga-moga kalian masih tetap setia sampai end ya.

Author note:

Saya sangat menghargai kalian karena sudah membaca karya saya yang bisa dikatakan belum sempurna ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah. Saya sudah sempat-sempatkan up sesuai janji kan? Seminggu sekali, tapi kenapa gada yang vote? Ada sih bisa dihitung jari. Vote aja udah bikin saya seneng kok pas buka WP. Apalagi ada yang komen, pasti saya balas kalau ga sibuk.

Selama ini saya sangat berusaha konsisten update demi pembaca ga kecewa, tapi kalian hanya sekedar memencet bintang dipojok kiri bawah begitu susahkah? Kalau bukan vote dan komentar kalian yang ngedukung author pemula seperti saya selama cerita ini berjalan terus siapa lagi?

Dan untuk readers setia cerita ini dari awal, makasih sudah mau bertahan, username kalian selalu bikin saya semangat dalam nulis cerita ini.

Tenang, saya insyaallah akan tetap konsisten dalam up.

Happy reading<3

°

°

°
Geha tersenyum bahagia menatap bangunan megah bagaikan gedung istana merdeka didepan matanya. Rumah penuh kenangan, sudah bisa dihitung jari seberapa sering ia meninggalkan semua barang-barang mewah. Sengaja membawa buah tangan, tidak mungkin seorang anak yang berkunjung hanya dengan tangan kosong.

Tok...

Tok...

Tok...

Butuh ekstra kesabaran menunggu pintu rumah ini terbuka. Sayup-sayup, Geha mendengar suara canda tawa dari dalam rumah. Gadis itu menggeram kesal, sekali lagi ia mengetok pintu. Namun, kali ini lebih banyak mengeluarkan tenaga.

Kelopak mata Geha langsung terbendung banyak air yang ingin menerobos keluar. Wanita paruh baya yang berdiri dihadapannya sungguh sangat ia rindukan. Geha langsung memeluk mamanya erat menyalurkan rasa kerinduan kepada sang mama.

"Mama, Gege kangennn." Mengeratkan pelukannya, gadis itu mencium pipi Kela berulang kali.

Kela mengelus rambut anak gadisnya itu, lalu melepaskan pelukannya.

"Tumben kesini?" Tanya Kela menatap bingung wajah anaknya. Mencari keberadaan seseorang, membuat wanita paruh baya itu mendesah pelan.

"Gege kangen mama, liat ma kening Gege kecium bol—"

"Dirga gak sengaja lempar basket, Ma. jadinya kena Gege," timpal Abim baru datang, entah kemana laki-laki itu tadi.

"Dirga ikut basket? Bukannya kalau kelas dua belas udah gak main basket?"

Abim mencium tangan kanan mertuanya. "Diajak temen, Ma. Tadinya Dirga cuma iseng-iseng ngajak mereka tanding tapi karena skill basket Dirga bagus jadi disuruh ngelatih adkel."

Mengangguk setuju, Kela mengelus pipi Geha. "Kalian mau nginep apa nggak?"

"Pulang aja, Ma. Gege kesini cuma mau liat kondisi mama."

Kela mencolek dagu Geha sembari tersenyum menggoda. "Udah betah sama Dirga ya? Ayo masuk dulu di dalem ada temen-temen arisan mama."

Abim mengikuti ibu dan anak itu memasuki ruang tamu, seketika  pandangan ibu-ibu arisan hanya tertuju padanya. Abim sudah mengerti pasti mereka bingung.

"Sini, Dir. Duduk samping Gege!" Kela menepuk-nepuk sofa kosong dekat Geha. 

Abim mengangguk langsung mendudukkan bokongnya ke sofa.

Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang