36.Belum selesai

532 38 1
                                    

Budayakan vote sebelum baca-!!

Ini yang baca ciwi²  semua ya?

Nggak masalah sih mau cowo atau cewe kalau notif vote dan komentar kalian masuk bikin senengnya tujuh hari tujuh malem... Ya kek notif dia dulu. Skip²😁

Happy reading sayang²

Kedua remaja keluar bergantian dari mobil putih yang di kendarai Joni sambil memeluk masing-masing kanvas yang sudah dilukis.

Saling mendengkap masing-masing lukisannya sendiri. Tidak ingin ada salah paham, Geha ingin ijin pergi terlebih dahulu, tapi ia tidak enak mengusir Mamanya. Namanya cukup famous di kalangan sekolah swasta ini, alasan itulah yang membuatnya selalu risih dari tadi berdekatan dengan Abim apalagi mendengar bisikan-bisikan syaiton.

"Sana pulang, Ma!"

"Kamu ngusir Mama ya? Kamu duluan sana! Mama pantau dari sini."

Geha melototinya secara terang-terangan, jika dirinya tetap diawasi maka tidak ada celah untuk menjauh dari laki-laki disampingnya. Bola mata gadis itu bergerak gelisah.

Menatap kembali wajah keriput Kela, Geha kembali mengusirnya. Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Meskipun anak dan ibu itu hanya saling bertukar pandang. Abim mulai merasakan atmosfer tidak enak, ia tiba-tiba mencengkram erat tangan Geha.

Menatap Mama mertuanya dengan tatapan sedikit tidak enak, Abim membungkukkan badannya tetapi tidak dengan Geha, si gadis bandel dan sangat keras kepala.

Abim kembali menegakkan tubuhnya. Melihat senyuman dari Mama mertuanya, ia membalasnya.

"Mama tuh gak tau kenapa lebih percaya ke mantu Mama daripada anak mama sendiri," ucap Kela sembari memandangi keduanya bergantian.

Terdengar decakan dari gadis disampingnya, Abim menyentak tangan Geha membuat lengan gadis itu menabrak lengannya yang berotot.

"Mama kok tega sih bilang gitu? Emang selama ini yang ngerawat Mama sakit, beliin Mama obat, pijitin Mama yang lagi kolesterol, emang dia siapa, Ma? Mahluk halus? Kalau Mama lebih milih Abim, adopsi aja dia, terus coret nama Gege dari KK."

Merasa tangannya disentak kembali, dengan kesal mata gadis itu menatap lekat pelakunya.

"Gua ngajarin apa ke, lo? kalau ke orang yang lebih tua harus hormat dan sopan kan? Lupa?"

Mendengar perkataan Abim yang terkesan kasar, Geha menghempaskan tangan laki-laki itu kasar.

"Apa sih, Bim, sotoy banget lo. Lagian ini kan gua ngobrol sama mama kandung, dari dulu gaya ngomong gua gini kali," ujar Geha malas.

Pertikaian kecil yang terjadi antara anak dan menantunya membuat Kela menggelengkan kepala.

"Stop! Salah satu dari kalian gada yang udah tumbuh benih-benih cinta ya? Kok kerjaannya tengkar terus. Yaudah Mama ngalah. Ge, Mama pulang dulu, kalian jangan tengkar terus gak baik buat rumah tangga." Kela menepuk pundak Joni. "Kita pulang aja, lama-lama saya pusing dengerin mereka ribut."

Ucapan Mamanya membuat sejoli itu menghentikan pertikaiannya. Mengamati mobil putih yang melaju meninggalkan lapangan sekolah. Mendelik memancarkan aura permusuhan, Geha mendengus tak suka.

"Urusan lo ya urusan lo, urusan gua ya urusan gua, sifat gua gak sopan itu tergantung dari pendidikan yang gua jalanin dari kecil." Setelah mengucapkan cercaan, Geha sengaja membenturkan lengannya ketika ia melewati Abim.

Berbeda dengan Abim yang diam lalu menghembuskan nafas berat, ia terus mengamati punggung gadis itu dengan senyuman paksa.

"Gua gak tau semenjak gua pergi dan Papa meninggal, didikan lo gimana. Tapi.. tapi gua yakin mama gak kira ngebikin anaknya gak punya adap sama sekali."

Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang