Sepasang mata setajam elang sedang mengamati seorang gadis yang berusaha menaiki motor sport navy yang barusan keluar area parkir dari balik pohon.
Menggertakkan gigi dengan kepalan kuat membuat buku-buku jarinya memutih. Abim keluar dari persembunyiannya, ia mengeluarkan ponsel lalu mengetikkan sesuatu di room chat Geha.
Abim mendongak, menatap ukiran huruf yakni SMA yang ia tempati. Apalagi sekolah yang lumayan sepi membuat Abim merasa semakin sendiri. Teman-temannya seperti enggan berinteraksi dengannya, selama ini ia hanya dikuat-kuatkan bersekolah di sekolah ini demi menjaga Geha.
Tring!!!
Abim menunduk mengecek pesan yang baru masuk. Ia menatap datar ponselnya, dikiranya pesan dari Geha tapi ternyata dari operator yang mengiriminya promo.
Nggak papa, Bim. Biarin dia bareng Rafael, kalau bareng lo entar kakinya lecet.
Abim memasukkan ponselnya ke dalam tasnya dengan kasar, laki-laki sudah berpenampilan acak-acakan itu keluar sekolah yang biasanya ditemani Geha namun sekarang sendirian.
Gadis yang baru turun dari motor sport menganga menatap rumah mewah didepannya. Taman penuh rerumputan yang dirawat menambah kesejukan.
Geha menoleh, melirik Rafael yang melepas helmnya. Mengamati laki-laki yang menggunakan jaket kulit itu membuka pintu rumah megah yang tak kalah megahnya dengan rumah orang tuanya.
"Ayo."
Geha membuntuti Rafael dari belakang, kesan pertama yang ia berikan adalah rasa kagum. Tanpa disuruh, Geha menduduki sofa empuk ruang tamu.
"Gila gak sih megah banget, tapi rumah gua gak kalah megahnya sih."
"Banding-bandingin teross!" Sindir Rafael lalu membuka jaketnya lalu langsung menjatuhkan diri di sofa dekat Geha.
Geha melirik malas laki-laki disampingnya yang menutup mata. Entah kenapa dirinya sangat tidak suka dengan Rafael sejak first impression.
"WOY NANTA, TURUN GAK LO! ATAU GUA BUANG CEWEK GAK GUNA INI."
Geha yang terkejut langsung memukul wajah Rafael dengan jaket yang diletakkan di meja.
Geha memberinya pelototan lalu membanting jaket kulit yang ia pegang.
Terdengar suara langkah kaki yang menuruni tangga. Memutar tubuhnya menghadap asal suara,
"AAAAAAAAAANJENG!" Geha langsung teriak heboh sambil menutup matanya melihat Nanta bertelanjang dada.
Nanta yang tadinya belum niat memakai kaosnya sekarang buru-buru memakainya.
"Sorry, Ge, gua tadi belum mood makek kaos."
Geha mengintip sedikit dari celah-celah jarinya. Melihat Nanta yang sudah memakai kaosnya, ia kembali duduk seperti posisi awal.
Nanta menendang kaki Rafael yang tertidur dengan dengkuran pelan.
"Biarin aja, mau innalilahi juga gak papa."
Nanta duduk di sofa seberang Geha. "Mau gua ambilin minum apa?"
"Gausah repot-repot, justru gua mau nanya disini. Ngapain lo nyuruh Rafael pulang bareng gua?"
"Katanya pakek aku kamu?"
Geha menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Anu, gu-eh maksudnya aku lupa."
"AKU KAMU, BELUM JADIAN AKU KAMU, ENTAR PAS JADIAN MAMA PAPA," teriak Rafael tetap memejamkan mata.
Plak!!
Rafael membulatkan matanya menatap si pelaku yang menyunggingkan senyum.
"Lu kalau mau geplak orang mikir dong anjing!" Rafael menunjuk wajahnya yang dilempari jaket barusan. "Ini muka bukan aspal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅)
Ficção Adolescente|| Story 2 Jovinasepta_ || Genre: Fiksi remaja || Ekhem follow dulu sebelum baca biar berkah!!! || "Jangan mencari yang sempurna, jika dirimu saja masih banyak kekurangan." Ini bukan cerita bad boy bertemu good girl, tetapi kisah seorang gadis SMA k...