Budayakan vote sebelum membaca-!!!
Chapter ini mengandung keuwuan yang tidak boleh ditiru!
Happy reading sayang²
°
°
°
Keringat bercucuran dari pelipis keduanya, persaingan ketat sedang berlangsung dengan point Abim tiga dan Geha satu. Abim selalu berhasil merebut bola dari tangan Geha. Lagi dan lagi Abim berhasil mencetak point itu membuat Geha frustasi sendiri, keringat sudah mengalir deras ke seluruh tubuhmya, rasa lengket sudah menguasai dirinya. Geha menghampiri Abim yang sedang melakukan dribbling bola basketnya sembari tersenyum miring mengamati raut wajah kesalnya.
Geha mengelap keringat dengan tangannya sendiri tetap menatap Abim tajam selama tiga detik lalu merampas paksa bola yang laki-laki itu dribbling.
Bugh
Geha tersenyum senang saat bola yang ia lempar tepat mengenai kening Abim. Dengan cekatan Geha mengelus dahi Abim sesekali menyisir rambut hitam legam milik pemuda didepannya. Abim dibuat kebingungan sendiri melihat aksi Geha yang tidak bisa ia tebak. Pandangan bingung sekaligus terkejut tetap menghiasi wajah tampan itu. Geha menghentikan pergerakannya saat merasakan tatapan itu tertuju padanya. Mundur selangkah, menatap wajah Abim yang menatapnya datar.
Jauh dalam lubuk hati Geha yang sudah ketar ketir di tatap seperti itu. Hanya di luarnya saja ia bersikap biasa saja. Geha merasakan tak nyaman dengan kondisi awkward saat ini, kedua manik matanya bergerak gelisah. Ia sadar ini kesalahannya sendiri, mau gimana lagi tangannya yang refleks membawa kekacauan.
"Ekkhemm," Geha berusaha mencairkan suasana tetapi tidak kunjung mendapat respon. Gadis itu menatap Abim yang mulai melangkah mendekatinya, mengepalkan tangannya di balik tubuhnya hawa panas dingin tiba-tiba menyerang dirinya.
Geha berusaha menelan salivanya sendiri, mengalihkan pandangannya menghindari Abim yang sedang mode serius. "Bawaan pms tadi jadi maklum aja."
Abim menumpukan tangannya diatas kedua lutut, memajukan sedikit wajahnya menatap wajah Geha dari dekat. Geha merasakan tangan yang lebih besar darinya menyibak rambutnya yang sengaja tidak diikat.
Abim menunjuk bibirnya membuat Geha makin ketar-ketir."Gua tagih janji lo."
Satu kalimat yang keluar dari mulut Abim rasanya terdengar sangat menyeramkan seperti ketika mamanya menyita black card miliknya.
Gua mau kabur, siap-siap, Ge! Itungan ketiga harus kabur...
Satu...
Dua...
Tiga...
Grep
Abim langsung mencengkram erat tangan Geha, menariknya hingga membentur dadanya. Pergerakan gadis itu sudah bisa Abim tebak. Abim sedikit menundukkan kepalanya.
"Eist mau kemana? Cepetan!"
Geha memasang wajah memelas. "S-sekarang? Aduh gua mau pipis, pending dulu bisa?" Tanya Geha mengharap anggukan.
"Mau satu apa double?"
Geha sontak mendorong dada Abim lumayan keras hingga rangkulan pemuda itu terlepas. "Satu lah, enak aja lo."
Abim kembali mendekati Geha. Menumpukan kembali tangannya di lutut. "Yaudah cepet!"
Menghela nafas, ia memejamkan kedua matanya erat-erat perlahan mulai mendekati wajahnya hingga merasakan hembusan nafas lembut Abim di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅)
Teen Fiction|| Story 2 Jovinasepta_ || Genre: Fiksi remaja || Ekhem follow dulu sebelum baca biar berkah!!! || "Jangan mencari yang sempurna, jika dirimu saja masih banyak kekurangan." Ini bukan cerita bad boy bertemu good girl, tetapi kisah seorang gadis SMA k...