35. Let's make a little angel

722 42 2
                                    

Saya berjanji akan vote dan komen bab ini!

Happy reading ❤️


Memasuki rumah kembali, Geha dan Abim sudah sepakat akan melukis saat ini juga, di dalam rumah. Semua Geha atas keinginan Geha.

Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan, Abim lebih dulu menyuruh Geha mengganti baju. Menyenderkan kanvas ke tembok, mencampurkan cat warna dengan air pada palet, Ia memulai mengerjakan lukisannya.

"Geseran, Bim. Gua mau ngelukis juga."

Tanpa sepatah kata, Abim menggeser sedikit bokong memberikan Geha tempat. Keduanya saling mengoleskan kuas yang berwarna itu ke kanvasnya masing-masing.

Abim melirik lukisan gadis itu, berusaha menahan tawa menurutnya seperti lukisan anak SD. Apalagi hanya bertema pemandangan gunung meskipun dikreasikan sedikit berbeda. ia yakin nilai lukis gadis itu akan anjlok.

Abim menyenggol lengan Geha, untungnya tidak sampai menyoret lukisan. "sini gua lukisin."

"Kenapa? Lukisan gua jelek? Tapi dulu Papa bilang lukis gua bagus-bagus kok," akunya.

Abim mengeryit heran, kenapa gadis ini tiba-tiba membahas Papanya yang sudah meninggal. Memandang lukisannya sejenak, Abim kembali melanjutkan lukisannya, berusaha untuk tidak perduli apa yang Geha ucapkan. Tetapi, meskipun ia berpura-pura cuek, tetap aja kepikiran.

"Mau cerita?"

"Eh?"

Abim meletakkan paletnya. Menghadap penuh kearah Geha, ia menompang dagunya. Mata tajam itu Meneliti setiap kuas berwarna memoles kanvas putih. Meneliti Geha yang duduk bersimpuh dengan pandangan begitu fokus memoles celah-celah gambar yang kecil-kecil.

Abim berangsur dari tempatnya. Mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di kasur. Abim kembali ke tempat semula, membuka kamera belakang lalu diarahkan ke arah Geha tidak menyadari tindakan Abim.

Satu foto sudah ia ambil, ide jahil tiba-tiba muncul di otaknya. Meletakkan ponselnya ke dekat lukisannya, Abim kemudian mengambil cat warna yang tergeletak menganggur. Memencet kemasan cat warna pink menuliskan kata kata ILY ke telapak tangannya.

Menutup kembali cat warna yang ia pegang lalu mengembalikannya ke asal, Abim menggeser duduknya lebih intim.

"Sayang," bisiknya.

"Gua nggak beli samyang, Bim."

"Liat gua siniii... bentar aja, cepet!" Desak Abim.

"Nggak, ngapain liatain, lo? Gua udah enek liat muka lo, nggak bangun tidur, sekolah, rumah, dan dimana-mana pasti muka, lo."

Abim mendekatkan telapak tangannya yang sudah tertulis itu ke pipi Geha.

Merasakan ada sesuatu yang menempel di pipinya, Geha ingin menyentuhnya tapi tangan kekar ber otot Abim menghentikannya.

Geha melototkan bola mata melihat telapak tangan lelaki itu. "Abim, lo mainan cat warna? GILA LO?!!"

"Iya gila karena cintamu untukku," jawab Abim.

Geha menggeliat geli mendengar ucapan Abim "Hapus anjir! Jerawatan gua entar." Geha berusaha melepaskan cengkraman itu.

Abim semakin mengeratkan nya. Melihat gerak-gerik Geha yang akan melayangkan pukulan dengan tangan satunya, ia buru-buru menangkisnya.

"Mau gua hapus? Hadep depan dulu baru gua lepas."

Menurut saja karena ia tidak ingin membuat masalah, tidak lama kemudian, gadis itu merasakan pipinya tertempel benda kenyal yang ia tebak sepertinya pipi juga. Geha semakin yakin karena ucapan Abim begitu terdengar di telinganya.

Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang