Saya berjanji akan vote bab ini!
•
•
•
Mendorong troli belanja, Geha tersenyum senang setelah sekian lama bisa kembali shopping meskipun hanya memilih makanan ringan, ia tetap merasakan kebahagiaan.
Mengingat ucapan Abim sebelum berangkat tadi. "satu kecupan di bibir, gua berani traktir makan ringan untuk, lo." Meskipun Geha agak keberatan harus mencium bibir laki-laki itu, ia tetap melakukannya. Pikirannya tiba-tiba terputar ke masa kecilnya yang sengaja menoel-noel anunya Abim ketika habis sunatan, terkekeh kecil sambil mengingat dulu apalagi Abim menangis meraung-raung sambil mengipasi burungnya. Kalau dulu berani noel-noel itunya Abim, kenapa sekarang cuma kecupan tidak bisa? Tentu saja Geha nekat demi cemilan, ingat, C-E-M-I-L-A-N.
Sambil mendorong troli belanja yang berkuran besar, tanpa berpikir dua kali ia memasukkan semua ciki kedalam troli. Sudah mendapat teguran dari laki-laki yang berjalan disampingnya, ia anggap sebagai angin lalu.
Melihat Abim terkejut, mata bulat itu melotot ketika Abim meletakkan kembali sebagian ciki yang udah ia masukkan troli.
Plak!!!
Geha langsung menggeplak keras lengan Abim.
"Janjinya, bro?!"
"Jangan banyak-banyak bisa tekor gua."
"Cipokan gua mahal! Cuma laki-laki beruntung yang bisa dapet cipokan limited edition punya gua!"
"Tapi lo ngambil cikinya banyak banget, liat sampe mau jatuh," ucap Abim sambil mengembalikan sebagian ciki ke rak asal.
Mengabaikan decakan kesal Geha, ia mengambil alih troli dari tangan Geha. "Nggak beli pembalut?" Ucap Abim lumayan keras membuat ibu-ibu yang sedang memilih minyak disampingnya menoleh sekilas.
"Lemes banget mulut, lo! Gausah, males."
Mendorong troli meninggalkan Geha yang tetap berdiri dibelakangnya, Abim mengambil dua bungkus merek pembalut satu merek yang biasa Geha pakai di rak paling atas. Ia tau, karena pernah tidak sengaja melihat Geha membuang bungkusnya.
Geha menatap Abim tidak percaya, "kok tau merek itu yang gua pake?"
Menoleh ke sumber suara, Abim tersenyum bangga."kalau jadi suami itu harus tau segalanya tentang istri."
Hati Geha seperti diporak-porandakan karena ucapan manis laki-laki itu, sungguh. Apakah ia sekarang boleh baper? Apakah ia harus memberikan tempat selayaknya untuk Abim dalam hatinya?
"Sa ae Marjuki! Udah ayo pulang, gua mau baca aplikasi oren," tutur Geha menutupi salah tingkahnya.
"Tunggu dulu gua mau beli balon penampung."
"HAH? BUAT APAAN ANJE-"
"Ya buat itu."
Abim terkekeh mendapati raut wajah Geha yang sudah masam. Ia hanya niat bercanda kenapa gadis itu menanggapinya sangat iya.
"Congor lo ya mau gu-"
"Mbak, Mas, jangan bicara mesum di dalam supermarket, kalau mau mesum mending pulang aja."
Geha tipe orang ada yang menyindirnya terang-terangan, ia akan membalasnya. Laki-laki jangkung yang mengambil alih troli itu hanya menggeleng menatap bacotan gadisnya.
Malu? Iya! Abim sangat malu apalagi seluruh pegawai dan pengunjung supermarket mengerubungi mereka bertiga. Geha, gadis keras kepala, tidak mau mengalah dan ibu-ibu itu juga tidak mau mengalah, maka terjadilah saling sindir menyindir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅)
Teen Fiction|| Story 2 Jovinasepta_ || Genre: Fiksi remaja || Ekhem follow dulu sebelum baca biar berkah!!! || "Jangan mencari yang sempurna, jika dirimu saja masih banyak kekurangan." Ini bukan cerita bad boy bertemu good girl, tetapi kisah seorang gadis SMA k...