40. Saksi hujan

487 41 4
                                    

Vote dan komentar sabi lah.

Follow jstarini  Sabi lah:v

Maaf agak ngaret up nya, aku lagi nugas tadi

Kenapa kalian tetep bertahan di book ini?

Inget yaaa ... Kalau udah kenal, udah jatuh hati, ga boleh ditinggal!!





Laki-laki ber-hoodie hijau lumut polos  sedang kalang kabut mencari keberadaan Geha. Tadi, ketika waktunya pulang, gadis itu memang berpencar darinya karena ada panggilan telepon yang mengharuskan Abim ke bengkel. Tapi saat ia pulang betapa terkejutnya barang-barang Geha yang  biasanya berada di rumahnya kini lenyap seketika hanya meninggalkan ruangan begitu berantakan.

Terduduk lesu di atas kasur, Abim memijat keningnya begitu pening yang ia rasakan. Cepat sekali gadis itu mengambil sisa-sisa barangnya yang tertinggal. Tubuhnya lelah butuh istirahat namun hatinya sangat kawatir kepada Geha.

Abim memutuskan untuk mendatangi rumah mertuanya, ia yakin jika Geha tidak ada disana pasti dirumah Ceva. Namun, ketika membuka pintu rumah, betapa terkejutnya saat ia mendapati Aca yang sedang membawakan sepiring nasi goreng.

"Mas mau kemana? Aca udah buatin nasi goreng lho." Aca menyodorkan sepiring nasi goreng yang ia pegang.

"Ca, nanti aja ya? Sekarang aku ada keperluan."

Aca menggeleng cepat, justru gadis itu menyeret Abim menuju kursi tamu. Aca menyodorkan sesendok nasi goreng.

Abim menatap nasi goreng itu dengan tatapan kosong. Sama sekali perutnya tidak lapar tapi pikirannya tetap menuju ke Geha, apakah gadis itu sudah makan? Apakan gadis itu sudah tidur?

"Tapi, Ca, aku masih ada perl—"

"Shutttt diem, Mas!" Tegurnya ketika berhasil memasukkan sesendok nasi goreng kedalam mulut Abim.

"Habisin dulu baru kamu bisa pergi."

Abim langsung mengambil piring dan sendok dari tangan Aca. Gadis itu terlihat senyum malu-malu melihat Abim menghabiskan makanannya terburu-buru.

"Kalau aja kamu bisa liat cinta aku, Mas, aku gak bakal sia-siain dan seenaknya ke kamu kek sifat Geha," batin Aca ke dirinya sendiri.

Abim meletakkan piringnya lalu menatap Aca yang juga menatapnya sambil menompang dagu.

"Makasih, Ca ... Aku pergi dulu." Abim mengacak-acak rambut gadis itu langsung menghilang dari pandangan Aca.

"Mas, harusnya kamu jodoh aku."

Ditempat lain, Geha tengah berbaring dikamar mamanya yang bernuansa putih, memeluk wanita paruh baya yang memakai mukenah merah polos itu seperti dulu yang sering ia lakukan. Jujurly ... Geha sangat rindu situasi ini apalagi saat kedua orang tuanya masih lengkap.

Merasakan elusan di ujung kepala, Geha semakin mengeratkan pelukannya.

"Kenapa, Ge? Dirga bikin kamu kesal?"

Geha mengangguk. "Ma ... Dia lebih milih si Aca Aca nehi-nehi daripada Gege, Ma," rengek Geha.

Kela terkekeh geli. Anak semata wayangnya ini emang labil, Kela masih ingat bagaimana gadis itu awalnya menolak Abim tapi sekarang merengek tidak jelas.

Stingy for shopaholic (LENGKAP ✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang