PART 1

89.8K 3.8K 189
                                    

Lima hari sebelumnya.

Rumah keluarga Rafardhan.

Suasana makan malam di rumah mama dan papa berlangsung ramai seperti biasa. Ada Salma, putri sulung yang telah menikah lima tahun lalu.

Dua pekan sekali Salma menyempatkan untuk pulang ke rumah orangtuanya. Menjenguk sekaligus makan bersama keluarga. Biasanya dia mampir bersama suaminya. Tapi akhir-akhir ini suaminya sibuk karena ada proyek baru.

Suami Salma, Zidni adalah salah satu owner perusahaan periklanan. Banyak papan reklame di pusat Jakarta yang dimiliki oleh Zidni, sehingga membuat kehidupan Salma mewah seperti sekarang.

Tidak jauh berbeda dengan si bungsu, Safira. Fira juga telah menikah dua tahun yang lalu. Fira telah bertahun-tahun dekat dengan seniornya di kampus. Sampai tiba hari dimana Lutfan, kekasih Fira melamar.

Lutfan juga seorang pengusaha. Ia sudah kaya sejak lahir dan berasal dari keluarga terpandang. Ia meneruskan bisnis kedua orangtuanya di tambang timah dan batu bara.

Fira sudah terbiasa sering ditinggal keluar kota oleh suaminya. Karena itu, dia masih sering bermalam di rumah orangtuanya. Meskipun telah memiliki rumah sendiri.

Keluarga Rafardhan tadinya hidup sederhana. Sejak kecil, Mama dan Papa sudah mendidik ketiga putrinya untuk hidup prihatin.

Tak terkecuali Sabira, putri kedua keluarga Rafardhan. Ketika dia ingin kuliah di Fakultas Kedokteran, Papa mensyaratkan dia harus masuk Universitas negeri.

"Papa tidak sanggup membiayai sampai kamu lulus jadi dokter. Kalau kamu tidak masuk Perguruan Tinggi Negeri."

Seiring waktu, memiliki menantu-menantu kaya raya, membuat kehidupan ekonomi dan sosial keluarga mereka berubah.

Zidni dan Lutfan termasuk pria-pria penyayang istri dan memiliki perhatian kepada Mama dan Papa. Rumah orangtua Sabira kini mengalami perubahan. Satu per satu sudut rumah direnovasi.

Bangunan rumah tetap satu lantai, karena pertimbangan usia Mama dan Papa mulai masuk lanjut usia. Tentu akan menyulitkan untuk naik turun tangga.

Kedua ipar Sabira, membeli rumah di samping kiri serta kanan rumah utama. Sehingga rumah yang sekarang tampak lebih besar. Halamannya pun terlihat lapang.

Satu hal yang membuat suasana rumah sepi. Salma dan Fira sampai saat ini belum memiliki momongan. Itulah sebabnya malam ini Mama dan Papa mencetuskan ide untuk Sabira. Menikah dan segera punya momongan?

"Ra, masih ingat sahabat Mama kan? Tante Davina? Dulu teman sebangku Mama dari SMP yang pernah Mama ceritain."

Sabira yang masih asyik memakan ayam goreng, berusaha mengingat-ingat. Tapi hasilnya nihil.

"Teman Mama yang mana ya?"

"Ah sudahlah, kamu tuh dokter. Tapi kok pelupa. Mama sudah lama lost contact. Maklum Mama kan gaptek medsos. Kami bertemu lagi waktu reuni dua minggu lalu. Eh, pas Mama bilang anak Mama ada yang belum menikah dan dia itu seorang dokter. Davina langsung minta ajak Mama besanan. Anaknya ganteng, Ra. Namanya Ghafi Altamis."

Topik itu lagi.

Bukannya Sabira ingin menolak ide itu. Tapi dia ingin bertemu seseorang yang benar-benar tulus mencintainya. Sehingga pernikahannya bahagia.

Bukan karena dia cantik. Karena jelas Salma dan Fira lebih terlihat cantik dari Sabira. Tapi karena pria itu menyukai Sabira apa adanya.

Sabira sudah sadar diri mengenai penampilan fisiknya yang berbeda dengan kedua saudara kandungnya.

MENAKLUKKAN MOUNT EVEREST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang