PART 46

10.7K 1.1K 95
                                        

Ada yang menunggu part barukah? 😅

Bagaimana nih kesannya setelah membaca Part 44 dan Part 45?😬

Semoga masih penasaran menanti kelanjutannya. 😉

***





Apartemen Emerald

Jam 22.00

Sabira tampak duduk gelisah di ruang tamu, menunggu Ghafi pulang. Dia menghangatkan ikan bakar dua kali di dalam oven. Tadi sudah hangat, namun kembali dingin karena suhu apartemen 18 derajat Celsius.

Dia tidak sabar ingin bercerita ke suaminya. Ada rona bahagia terpancar, ketika siang tadi dia mampir ke rumah Papa Rafardhan dan Mama Alma. Bagaimana pun Papa dan Mama telah mengasuhnya sejak kecil, meskipun ternyata Mama Alma adalah kakak kandung mendiang Mama Mayang.

Mama bercerita antusias mengenai kehamilan Kak Salma dan juga si bungsu Safira. Jadi jarak kehamilan mereka -termasuk Sabira- tidak terlalu jauh. Membayangkan kelak jarak usia anak-anak mereka nantinya akan sebaya, membuat Sabira tersenyum bahagia.

Mama juga sudah mendapat kabar kalau Sabira hamil. Namun beliau sepertinya lebih bahagia memamerkan foto USG calon-calon cucunya dari Kak Salma dan Safira. Sejelas itu rasa senang Mama dan Sabira mencoba ikut larut dalam kebahagiaan yang sama.

Sabira juga bercerita mengenai masa kehamilannya yang tidak merasakan mual muntah. Dia tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Sabira banyak memuji Ghafi di depan Papa dan Mama. Suaminya setia menemani untuk periksa ke dokter kandungan.

Hal lain yang tidak diceritakan Sabira adalah bisnis Ghafi yang sedang dirundung masalah. Setidaknya begini lebih baik, ia merasa bahagia hidup berdua Mas Ghafi. Berdua mereka menjalani semua, dengan penuh rasa syukur. Apapun yang diberikan Allah SWT, akan Sabira terima dengan suka cita.

Sepulang dari sana, Sabira juga mengantar ikan bakar ke rumah Papa Mama mertuanya. Sabira memang selalu seperti ini. Dia lebih suka mampir tanpa memberitahu apa pun kepada suaminya. Cukup hanya dia dan mertuanya yang tahu.

Saat berkunjung ke rumah Mama Davina, beliau menangis di depan Sabira. Mama bercerita mengenai rumah tangga Bang Vian dan Kak Renita.

Jujur, Sabira tidak berani berkomentar. Dia hanya bisa menjadi pendengar yang baik. Besok adalah putusan sidang di pengadilan.

"Kalau memang Vian berselingkuh dan ada wanita lain sekalipun. Semua seharusnya bisa dimediasi baik-baik. Vian adalah putra Mama yang setia. Ia sangat menyayangi istri dan anak-anaknya. Ia tidak mungkin berkhianat dari istrinya.

Alvaro dan Alvira, cucu-cucu Mama masih kecil. Bagaimana mungkin Renita tega memisahkan dengan Vian. Mama sama sekali tidak menyangka Renita menuduh Vian tidak pernah menafkahi keluarga dan menuduh suaminya selingkuh.

Kamu tahu 'kan Ra, gaji Vian per bulan mungkin hanya berkisar 200 juta. Tapi ia tetap menambah penghasilan dengan membuat bisnis jasa travel. Papa memang sejak dulu tidak mau ikut campur masalah keuangan anak-anak.

Papa membiarkan mereka mencapai sukses meski harus tertatih. Tapi Mama sebagai seorang Ibu, tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Semua Mama kerahkan untuk membantu Vian. Mama setiap bulan mengirim uang abang iparmu. Agar istrinya tetap menghormati semua yang dilakukan oleh abangmu.

Yang membuat dada Mama sesak. Bukan Vian yang berselingkuh, tapi ternyata Renita. Dia selama beberapa tahun ini dekat dengan Alka. Alka itu dulunya temannya Ghafi. Sejak kejadian kecelakaan mobil beberapa tahun lalu, hubungan keluarga kami dan keluarga Alka memang tidak baik.

MENAKLUKKAN MOUNT EVEREST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang