Cafe dan Bar The La Five Stars.
Sudah tiga bulan terakhir sejak Ghafi putus dari Amanda, ia tidak pernah menjejakkan kaki di tempat ini.
Entah mungkin karena rasa kecewa dan gundah, membawanya kembali kesini. Ia masuk ke dalam kafe berkelas yang hanya dapat dimasuki oleh orang-orang dengan kartu platinum atau emerald gold.
"Do you want a glass of wine?"
Suara seorang perempuan, terdengar familiar di telinga Ghafi.
"I don't drink."
Helena.
Malam ini Ghafi malah bertemu salah satu mantan kekasihnya. Helena malam ini seperti sengaja mendekatinya. Mungkin sudah sejak tadi gadis ini memperhatikannya.
Entah Helena ini mantan yang keberapa. Ia nyaris lupa. Akhir-akhir ia mudah lupa, karena ingin membuang semua memorinya. Termasuk memori tentang Sabira.
Sejak tadi Mama berulang kali menelepon, menanyakan kabar Sabira. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk tidak pulang ke rumah malam ini.
Pulang dari mengantar Sabira ke rumahnya, Ghafi memesan taksi yang lain. Lalu malam ini ia malah menuju ke tempat yang salah. Tempat yang sering dikunjungi orang untuk bersenang-senang sejenak bila banyak masalah.
"Sabira baik-baik saja 'kan, Ghaf? Ini Mamanya Sabira juga mendadak pulang. Kami tidak jadi makan malam. Sebenarnya ada apa antara kamu dan Sabira?"
Lihatlah, Mama bahkan sudah jatuh cinta pada Rara. Bukan Ghafi yang pertama kali ditanyakan oleh Mama. Tapi gadis itu. Sabira.
Mama ternyata tidak jauh berbeda dengan Ghafi. Ia benci mengakui hal itu dan membenci kekalahan. Kenyataan telah jelas berbicara, ia resmi mengalah malam ini.
Akhirnya sebelum tiba di tempat ini, ia telah menelepon Mama.
"Ghafi sudah memutuskan, antara kami berdua hanya berteman biasa saja Ma. Mama tidak usah berekspektasi banyak. Sabira gadis yang memiliki banyak mimpi. Ghafi merasa bukan lelaki yang tepat untuk berbagi mimpi dengannya."
"Ya Allah Ghaf, bahkan kalian saja belum sering bertemu. Bagaimana bisa kamu bicara seperti itu? Mama nggak mengerti."
"Kelak Mama akan mengerti, mungkin bukan untuk saat ini. Ghafi tidak pulang ya, Ma. Ghafi menginap di Blue Empire."
Ghafi menyebut nama apartemen yang sudah lama tidak ia tinggali.
Jemari Helena tidak tinggal diam dan berusaha mengusap lembut pundak Ghafi. Berusaha memijat dan memberikan rasa nyaman disana.
"Aku tidak berminat membayar perempuan malam ini, Hel."
Ucapan Ghafi seperti menyemburkan bisa beracun dan berhasil membuat Helena urung memijat lelaki itu.
"Kamu berubah, Ghaf. Dulu kamu dingin, tapi kata-katamu tidak pernah sekejam ini. Kamu kira aku perempuan bayaran?"
Ghafi menyipitkan mata. Lalu tiba-tiba saja ingatannya terkumpul pada alasan dulu ia memutuskan jalinan asmara dengan perempuan yang duduk di sampingnya.
"Kamu dan Theodore, bukankah sudah cukup bukti kalian tidur di kamar hotel yang sama? Bahkan kamu memakai kartu kreditku untuk jadi teman kencan pria lain. Please get off me."
Ghafi kembali menyesap air mineral dingin di depannya.
Dengan wajah marah bercampur malu, Helena pergi. Bahkan perempuan itu sempat mengumpat dengan kata-kata kotor di depan Ghafi.
Petugas keamanan kafe hampir saja menahan langkah Helena dan memberinya hukuman dengan mengusirnya pergi.
Sampai tiga bulan lalu, Ghafi adalah pelanggan setia kafe ini. Ia kerap datang bila pikiran sedang suntuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/278117649-288-k699765.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MENAKLUKKAN MOUNT EVEREST
RomanceKetika semesta mempertemukan dua insan yang berbeda suhu. Ghafi Altamis dan Sabira. Akankah suhu dingin Mount Everest mencair ketika bertemu suhu yang hangat. Ini bukan hanya cerita mengenai dua orang yang saling mencintai namun harus menghadapi ba...