PART 35

12K 1.1K 149
                                    

RS Keluarga Medika

Sesosok gadis berhijab merah muda, tampak mengetuk pintu ruang istirahat dokter Abyaz.

"Assalaamu'alaikum Ayah."

"Wa'alaikumsalam."

Dokter Abyaz membalas salam.

"Zalfa? Bawain makan siang dari Bunda? Biasanya karyawannya Bunda yang kirim."

Gadis yang bernama Zalfa itu muncul di balik partisi yang memisahkan ruang kerja dengan ruang pertemuan.

Ruang pertemuan itu yang beberapa kali sering menjadi tempat makan siang dokter Abyaz bersama Sabira.

Bunda Rima, istri dokter Abyaz memang memiliki usaha katering. Tapi kali ini, putri angkatnya datang bukan untuk membawa makan siang.

"Selamat ulang tahun, Ayah."

Zalfa membawa kue ulang tahun dari toko kue ternama serba coklat, dengan hati-hati. Dia ternyata tidak datang sendiri. Ada beberapa perawat poli yang ikut. Juga teman dokter umum dan perawat dari klinik Zalfa Medika.

Sejak gadis itu lulus, dokter Abyaz sudah membuatkan klinik pribadi yang lokasinya tidak jauh dari rumah. Bisa dibilang sejak kecil Zalfa selalu mendapatkan apa yang dia mau.

Belum dikaruniai anak kandung sejak menikah dengan Bunda Rima, istri kedua dokter Abyaz meminta untuk mengadopsi Zalfa sejak usia tujuh tahun. Zalfa adalah putri dari sepupu jauh Rima yang memiliki tujuh orang anak.

"Masya Allah, anak Ayah."

Dokter Abyaz tersenyum. Ia menerima kue itu dengan suka cita dan mengucapkan terima kasih. Tidak hanya itu, tapi Zalfa dan asisten di klinik juga membawakan banyak nasi kotak yang sengaja dibuat oleh Bunda Rima.

Karyawan klinik membantu membagikan nasi kotak itu untuk perawat poli, satpam dan petugas kebersihan di lantai yang sama dengan ruang istirahat dokter Abyaz.

Tidak lama satu per satu pamit pergi, meninggalkan Zalfa berdua ayahnya.

Gadis itu memilih untuk duduk manis di depan meja kerja ayahnya.

"Ayah senang dapat kejutan hari ini?"

"Senang. Terima kasih, Nak."

Dokter Abyaz tersenyum tulus.

"Rara juga sudah ngucapin selamat ulang tahun? Eh, kayaknya dia nggak bakal tahu, kalau Ayah ulang tahun."

Zalfa dengan santai berbicara.

Air muka Dokter Abyaz sejenak berubah. Ada gurat kesedihan disana, namun dengan cepat beliau menyembunyikannya.

"Rara belum kesini. Tapi tidak apa-apa. Ayah sudah bahagia Rara tidak jadi resign. Kami masih sering bertemu di rumah sakit. Kadang Ayah meminta dia makan siang bersama disini."

Zalfa membuang napas kasar, mendengar betapa ayahnya menunjukkan kalau beliau sangat menyayangi Sabira.

"Ayah membuat aku benar-benar iri dengan Rara."

Gadis itu berulang kali mengetukkan ibu jari di atas meja.

"Untuk apa iri, Nak? Sejak kecil sampai sekarang Ayah dan Bunda selalu menyayangi kamu."

Dokter Abyaz tetap tersenyum. Pertanda perkataan beliau memang benar adanya.

"Ya tapi tetap saja beda. Rara anak kandung Ayah, sedangkan aku bukan."

Kebencian Zalfa semakin bertambah ketika Bunda Rima akhirnya mengatakan rahasia itu. Tepat satu bulan sebelum Sabira menikah.

Setelah merebut Kak Afif, kini Sabira merebut Ayah Abyaz. Sungguh Zalfa tidak rela. Selama ini dia selalu menuruti permintaan ayah. Termasuk saat ayah memintanya memakai hijab.

MENAKLUKKAN MOUNT EVEREST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang