RS Keluarga MedikaSiang menjelang sore di taman Kolang Kaling. Nama taman ini sebenarnya dibuat sendiri oleh Sabira dan Alana. Aslinya ini adalah taman tanpa nama, di sudut bangsal rawat inap pasien lanjut usia.
Ramadhan tahun lalu, keduanya sering menghabiskan waktu berbuka puasa di tempat ini. Jika kebetulan jaga bersama di rumah sakit.
Banyak pohon yang kokoh berdiri, membuat suasana jadi teduh disertai angin semilir. Cocok untuk melepas penat setelah mengakhiri shif jaga pagi.
Makanan favorit kedua gadis itu, saat buka puasa adalah kurma dan manisan kolang-kaling. Mbak Tria, perawat bangsal geriatri setiap tahun sering membuat manisan kolang kaling dengan pewarna alami.
Jadi kolang kalingnya bisa berwarna-warni. Mau request warna pelangi juga bisa. Karena itu Alana dan Sabira menamakan taman ini sesuai nama cemilan favorit mereka. Kolang kaling.
"Na, Desti sama Sherly teman kita, sudah punya calon suami apa belum ya?"
Sabira duduk sambil menyelonjorkan kaki di atas kursi beton di tengah taman.
"Aku kurang tahu, Ra. Eh, aku pikir kamu yang dekat sama mereka. Bukannya mereka ikut ta'lim rutin juga sama kamu?"
Alana balik bertanya.
"Iya, tapi aku sebenarnya kurang dekat dengan mereka. Yang aku tahu, Sherly dan Desti anaknya sopan, baik dan rajin ibadah. Aku pikir kamu yang dekat karena dua bulan ini jaga bareng di ICU."
Alana tersenyum mendengar perkataan Sabira.
"Benar kata kamu, Ra. Mereka pas jaga bareng aku, tepat waktu shalatnya. Dengar adzan langsung shalat. Masih meluangkan waktu untuk tilawah Qur'an pas lagi jaga. Aku belum bisa sih kayak mereka." Alana menjawab sambil memijit kakinya yang pegal.
Tadi pagi dia sempat naik turun tangga dari lantai tiga ke lantai dasar, karena lift sedang diservice. Alana mendapat tugas menjawab konsulen ICU.
"Tapi Na, kayaknya mereka bakal kasihan ya, kalau aku kenalin ke Mas Ghafi?"
Pertanyaan Sabira membuat Alana yang duduk di tepi bangku, nyaris terjungkal ke belakang.
"Mas Ghafi? Mantannya Mbak Amanda? Wah, jangan deh, Ra. Mending juga Mas Ghafi sama kamu. Cocok itu, Ra. Kamu kan galak."
Alana tertawa sampai hampir mengeluarkan air mata.
"Parah sih, ketawain teman sendiri."
Sabira menguncupkan bibirnya, kesal.
"Maaf Ra. Aku cuma nggak bisa bayangin kalau kamu ketemu Mas Ghafi, bakal kayak gimana. Bukannya waktu itu kamu cerita, diminta Mama kenalan sama Mas Ghafi? Mamanya Mas Ghafi itu yang kamu urusin pas sakit di IGD, 'kan?"
Sabira mengangguk, sedikit malas menanggapi.
"Sebenarnya, ada yang mau aku ceritain tentang Mas Ghafi. Tapi ini cuma untuk kamu aja ya, Ra. Nggak usah diceritain ke siapa-siapa."
Alana menarik napas.
Sabira jadi penasaran.
"Apaan, Na? Jangan-jangan dia punya penyakit menular seksual ya?"
Sabira sudah telanjur nethink sama Mas Ghafi.
"Astaghfirullah. Nggak separah itu, Ra."
Kok Alana kayak ngebelain Mas Ghafi.
"Ya tapi 'kan kamu pernah cerita, Mas Ghafi sering ajak kakak sepupu kamu keluar negeri."
"Aduh, itu sih sebenarnya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
MENAKLUKKAN MOUNT EVEREST
RomanceKetika semesta mempertemukan dua insan yang berbeda suhu. Ghafi Altamis dan Sabira. Akankah suhu dingin Mount Everest mencair ketika bertemu suhu yang hangat. Ini bukan hanya cerita mengenai dua orang yang saling mencintai namun harus menghadapi ba...