PART 20

23.8K 2.1K 89
                                    


Ruangan dokter Abyaz.

"Bu Mayang itu siapa Dok? Maaf saya nggak kenal. Tapi itu bukan nama Mamanya Rara."

Dokter Abyaz memejamkan mata sejenak. Berusaha mengumpulkan segenap keberaniannya.

"Percayakah Rara, kalau pertemuan kita bukan suatu kebetulan? Rara diterima di rumah sakit ini, karena saya ingin dekat dengan kamu. Apa kamu akan marah bila tahu yang sebenarnya?"

Sungguh Sabira tidak siap mendengar perkataan dokter Abyaz.

Selama ini dia sama sekali tidak pernah dekat dengan sosok yang lebih pantas menjadi ayah bagi dirinya.

"Lanjutkan makan dulu, Ra. Nanti saya akan cerita."

Sabira menurut. Dia benar-benar kelaparan dan tidak begitu perduli lagi untuk sekedar jaga image di depan dokter karismatik ini.

Dokter Abyaz kembali sibuk dengan laptopnya dan tampak serius membaca.

"Dokter hutang penjelasan sama saya. Siapa Ibu Mayang ini, Dok?"

Sabira menghabiskan makannya cepat sampai dokter Abyaz memperhatikan gadis itu kembali.

"Minum dulu, Nak."

Lelaki itu sengaja berdiri dan mengambilkan air mineral botol dari kulkas.

Sabira sampai terkejut dua kali karena dokter Abyaz bukan tipe orang yang terlihat peduli dengan dokter junior seperti dirinya.

Apa karena dulu beliau pernah naksir Mama?

"Saya sudah selesai makan, Dok."

Dokter Abyaz tersenyum dan menutup laptop di meja.

"Saya ingin kamu percaya, kalau selama ini saya tidak pernah mengabaikan kamu."

Sabira berusaha memahami apa yang disampaikan dokter Abyaz, meskipun dia belum menemukan benang merahnya.

"Mayang adalah nama perempuan yang saya cintai. Dia adalah istri pertama saya dan Sabira, kamu adalah putri Mayang."

"Istri? Maksudnya Dokter pernah menikah dengan Bu Mayang? Saya adalah anaknya Bu Mayang? Tapi Mama Alma tidak pernah cerita apa-apa sama saya."

Sabira tampak bingung.

"Mayang sudah sakit jantung sejak remaja dan keluhannya bertambah saat dia hamil. Dokter sudah mengingatkan risiko yang akan muncul. Kamu hadir sebagai kebahagiaan bagi kami. Mayang sehat setelah persalinan, sampai usiamu tiga bulan. Bunda kamu kembali sesak napas dan tiba-tiba pingsan di rumah. Ketika itu saya masih praktik di rumah sakit. Bundamu dibawa ke rumah sakit, namun sudah tidak tertolong."

Sabira tidak pernah siap menerima kenyataan ini. Dunia seolah berhenti berputar saat ini juga.

Mama Alma dan Papa Rafardhan selama ini tidak pernah memberitahu rahasia kelahirannya. Tapi apa mungkin seorang dokter Abyaz, berdusta kepada Sabira?

Berbagai tanya berputar di benak gadis itu.

"Setelah bunda kamu wafat, saya sempat kehilangan harapan dan tidak mampu mengurus kamu dengan baik. Di saat itulah saya memutuskan untuk menitipkan kamu ke Kak Alma, kakak ipar saya. Di saat saya terpuruk, datanglah Rima, teman masa kecil saya. Dia menghibur dan mau menemani di masa-masa sulit. Saya dan Rima kemudian menikah dan sampai usai pernikahan kami tujuh tahun. Kami belum memiliki anak. Rima memutuskan mengangkat anak dari saudara jauhnya. Namanya Zalfa. Dia teman Rara di kampus, 'kan?"

Sabira terlampau terkejut, sehingga air matanya seperti tak mampu menitik lagi.

"Jadi, dokter ingin mengatakan kalau... Dokter adalah ayah kandung Rara? Dokter bilang tidak mengabaikan Rara, tapi tidak pernah mengatakan yang sesungguhnya sama Rara. Mama dan Papa juga tidak pernah cerita sama Rara."

MENAKLUKKAN MOUNT EVEREST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang