Deru suara jantung Ghafi seolah berlomba, mendengar suara seseorang yang baru saja menelepon dirinya.
Dokter Abyaz dan pria itu adalah ayah Sabira.
Otak cerdasnya mulai merangkai peristiwa demi peristiwa. Membuatnya mengerti mengapa terkadang Sabira bisa menjadi seseorang yang ceria, bila berhadapan dengan orang lain.
Namun ketika Ghafi bertemu Sabira di rumah orangtuanya. Gadis itu seperti kehilangan rasa percaya diri. Ia sendiri mendengar mama dari gadis itu, sering mengecilkan perkataan putrinya.
Ternyata memang Sabira tidak dibesarkan oleh orangtua kandungnya. Dokter Abyaz baru saja mengirimkan foto-foto pernikahan dengan ibu kandung Sabira dan akte kelahiran gadis itu.
Beliau dengan jujur mengungkapkan di telepon. Kemungkinan Sabira pergi karena kecewa pada sosok ayah kandungnya. Ayah yang selama ini tidak pernah hadir dalam hidupnya.
Setelah berwudhu dan menunaikan shalat Maghrib berjama'ah di mushola kantor, Ghafi berdo'a. Ia memohon pada Allah Dzat Maha Agung dan Maha Baik. Semoga Allah senantiasa menjaga dan melindungi Sabira.
Baru kali ini Ghafi menjadi imam shalat, di depan beberapa karyawannya yang hari ini pulang akhir karena lembur. Ia sudah memesan nasi kotak dan air mineral untuk mereka yang masih bertahan mengerjakan tugas.
Alhamdulillah, proyek kampung Wisata Hati Wijaya Kusuma yang sempat tertunda. Kini sudah menemui titik terang, terlebih sejak Ghafi bercerita pada guru mengajinya. Ustadz Muadz.
Ia sendiri tidak menyangka, Ustadz Muadz ternyata memiliki jama'ah dimana-mana. Bahkan di kampung terpencil di dekat tempat wisata yang didirikan oleh Ghafi.
Di kampung itu, Ustadz Muadz ikut membangun masjid dan ketika Ghafi menceritakan masalahnya. Ustadz membantu Ghafi bertemu dengan beberapa tokoh masyarakat disana. Untuk meluruskan kesalahpahaman.
Kawasan wisata alam yang diapit beberapa perkampungan itu, bermaksud mengangkat perekonomian warga. Dari mulai tukang, toko material sampai karyawan yang akan bekerja disana, semuanya melibatkan penduduk setempat.
Pada akhirnya usaha Ghafi untuk melunakkan hati masyarakat, membuahkan hasil. Sudah tidak ada lagi aksi protes berupa spanduk-spanduk besar di tempat wisata miliknya. Proyek jadi lebih cepat dikerjakan dan sudah mencapai 80 persen.
Ghafi benar-benar merasakan keberkahan luar biasa karena dapat bersilaturahim dengan Ustadz Muadz. Padahal ia baru beberapa kali mengikuti acara ta'lim bersama Ustadz. Alvan yang mengajaknya ikut, setelah bertahun-tahun mengajak Ghafi.
Setelah belajar mengikhlaskan Sabira, ia mulai mengerti. Niat awal ia berhijrah, baru sebatas karena ingin menikahi seorang wanita.
Padahal Ustadz memberikan tausiah bahwa amalan itu tergantung dari apa yang ia niatkan.
"Dalam hadits pertama Al-Arbain An-Nawawiyah, dari Amirul Mukminin Abu Hafzh 'Umar bin Al-Khattab radhiyallahu 'anhu, dia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.
Siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah
dan Rasul-Nya.Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi pengertian niat secara syar'i adalah bertekad mengerjakan amal ibadah karena Allah ta'ala."
Sepanjang perjalanan Ghafi mengemudi dengan tenang. Entah kenapa, alunan lagu yang dia dengarkan berganti menjadi lagu religi yang banyak mendekatkan dirinya pada Allah.
![](https://img.wattpad.com/cover/278117649-288-k699765.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MENAKLUKKAN MOUNT EVEREST
RomanceKetika semesta mempertemukan dua insan yang berbeda suhu. Ghafi Altamis dan Sabira. Akankah suhu dingin Mount Everest mencair ketika bertemu suhu yang hangat. Ini bukan hanya cerita mengenai dua orang yang saling mencintai namun harus menghadapi ba...