Apartemen EmeraldKlik.
Ghafi sudah menahan napas ketika melihat Sabira keluar dari pintu kamar mandi.
Ia hampir tidak bisa menahan tawa saat menatap istrinya memakai handuk melilit kepala. Tapi di luar handuk, Sabira masih memakai hijab.
"Rara, keramas?"
"Iya, gerah." Rara masih menjaga jarak dengan suaminya. Rupanya Rara masih malu berdekatan dengan suami tercinta.
"Dilepas aja kerudungnya, Sayang. Masak didobel handuk gitu. Nanti rambut Rara takutnya rusak."
Ghafi jadi super perhatian dan ia menarik tangan istrinya untuk duduk bersisian di tempat tidur.
Perlahan jemari Ghafi bergerak untuk membuka kerudung Sabira. Tapi Rara menahannya.
Jemari keduanya bersentuhan dan seperti ada rasa hangat mengalir di antara mereka.
"Jangan, Mas. Rara malu. Rara nggak seperti yang Mas Ghafi bayangkan. Takutnya Mas nanti kecewa sama Rara."
"Kita sudah suami istri, Sayang. Mas sudah halal melihat Rara tanpa hijab.
Rara juga sudah halal kok, kalau mau lihat Mas nggak pakai baju."Tiba-tiba saja Ghafi membuka kaos polo yang ia kenakan dan membuat istrinya berteriak karena terkejut.
"Kyaaa, Mas Ghafi!!! Rara merem dulu."
Ghafi tersenyum jahil sambil memperlihatkan badannya yang memang atletis. Sebenarnya ia juga kegerahan, makanya sengaja membuka baju.
Kecupan manis mendarat di puncak kepala Sabira.
"Mas mandi dulu ya, Sayang. Janji nanti malam bobo sama Mas, Mas boleh lihat Rara tanpa hijab."
Sabira akhirnya mengangguk pasrah. Dia tahu sejak Mas Ghafi melafadzkan akad nikah dan mereka telah sah secara agama.
Tidak seharusnya dia masih mengenakan pakaian lengkap seperti sekarang. Tapi barusan dia melihat suaminya yang tiba-tiba tidak pakai baju. Dia sungguh kaget, karena badan suaminya itu kekar. Seperti atlit yang rajin berolahraga.
Makanya tadi Sabira jadi syok sendiri. Bisa-bisanya Mas Ghafi terlihat santai bertelanjang dada, berjalan di depannya dengan gerakan slow motion. Sudah berasa lagi nonton film action yang aktor laganya suami sendiri.
Akhirnya dia bisa terselamatkan, karena sebentar kemudian Mas Ghafi sudah masuk ke kamar mandi. Sabira perlu memastikan sesuatu. Dia berjalan ke kamar mandi dan mengetuk pintu.
"Mas."
Terdengar suara shower di kamar mandi. Suaminya tidak menjawab. Berarti aman, suaminya sedang fokus membersihkan diri.
Sabira berjalan ke depan meja rias dan duduk di depan kaca. Kalau menelisik lebih lanjut, meja ini seperti baru. Apa jangan-jangan Mas Ghafi sengaja membelinya untuk Sabira? Sungguh banyak kejutan yang dia peroleh setelah menikah.
Mas Ghafi itu kalau di kantor, orangnya berwibawa dan terkesan dingin. Itu yang Sabira tahu dari Mas Alvan, sahabat suaminya. Tapi kalau sudah sayang sama seseorang, Mas Ghafi bisa berubah 180 derajat.
Masih kata sahabatnya Mas Ghafi, suami Sabira ini adalah sosok yang penyayang. Mas Alvan dan istrinya -Mbak Hilya- banyak menunjukkan foto Mas Ghafi sedang menggendong Salwa. Sabira sempat menangis ketika Mbak Hilya bercerita kalau Salwa sudah tidak ada.
Padahal Sabira belum pernah bertemu. Tapi Sabira tahu banyak yang jatuh cinta pada bayi cantik itu. Sabira memandang wajahnya di cermin. Dia menyisir surai hitamnya dan menatap ke arah lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENAKLUKKAN MOUNT EVEREST
Roman d'amourKetika semesta mempertemukan dua insan yang berbeda suhu. Ghafi Altamis dan Sabira. Akankah suhu dingin Mount Everest mencair ketika bertemu suhu yang hangat. Ini bukan hanya cerita mengenai dua orang yang saling mencintai namun harus menghadapi ba...