Apartemen Emerald
Sampai di rumah, Sabira langsung membersihkan diri di kamar mandi dan lanjut memasak. Mas Ghafi sudah perjalanan pulang, tapi katanya kena macet di jalan tol.
Sabira sibuk berkutat di dapur. Malam ini dia akan membuat menu salmon steak dengan mashed potato. Ala resto dengan Sabira sebagai Chefnya.
Kata Mama mertua, salmon steak salah satu masakan kesukaan Mas Ghafi. Hingga dua bulan menikah, Sabira belum pernah memasak ini. Entah nanti hasilnya bagaimana. Dia cuma ikut tutorial di youtube.
Ketika dia mencicipi, rasanya ternyata tidak terlalu buruk. Kurang bumbu sedikit. Semoga Mas Ghafi memaklumi. Yang penting dia sudah menambahkan bumbu cinta ke dalamnya.
Pipi Sabira jadi berubah merah jambu. Idih, kok dia jadi kayak ABG labil ya. Rasanya buat kejutan masakan kesukaan suami itu seperti mau naik jet coaster. Dia takut Mas kecewa. Tapi kalau Mas bilang nggak enak, malah dia yang kecewa.
Ya sudahlah, Sabira pasrah. Semoga niat baiknya untuk menyenangkan hati suami, mendapat ridho Allah SWT. Sabira mengamati layar ponsel. Matanya tiba-tiba membola. Mas Ghafi sampai di rumah setengah jam lagi.
Duh, dia harus buru-buru mandi. Dia kan masih bau masakan. Belum lagi bercampur aroma ikan yang baru selesai dipanggang. Sabira menata makan malam di meja dan sengaja mematikan lampu.
Setelah itu dia mencuci tangan di wastafel dan berjalan ke kamar. Hampir saja dia tersandung karena gelap. Akhirnya dia menyalakan senter dari ponsel.
Sampai di kamar, Sabira mengambil pakaian ganti dan handuk. Langkahnya terhenti sejenak di depan meja rias. Ada plastik putih pemberian Alana.
Jadi nggak, ya?
Dia masih belum yakin.
Apa pun hasilnya, dia akan menerima. Tapi belum siap. Gimana nih...
Galau.
Berada antara keraguan yang mendera hatinya, Sabira terpaksa mengambil plastik itu.
***
Jam 20.00
Klik.
Terdengar bunyi pintu apartemen dibuka, pertanda Ghafi sudah masuk. Berulang kali pria itu menyentuh sensor lampu. Tapi tetap gelap. Apa sensornya rusak atau Sabira mematikan secara manual dan lupa menekan saklar lagi.
Lelah yang dirasakan Ghafi sedikit berkurang karena ia mulai mencium aroma sedap dari dapur. Seperti kenal dengan baunya. Salmon steakkah? Perutnya langsung lapar karena ia sengaja tidak mampir makan selama perjalanan pulang.
"Assalaamu'alaikum. Sayang, kok gelap-gelapan sih? Memangnya kita belum bayar listrik, ya?"
Ghafi masuk ke ruang tamu dan membuka beberapa kancing teratas kemejanya. Gerah dan memang hawa di luar masih panas. Sepertinya akan turun hujan malam ini.
"Wa'alaikumsalam. Mas mandi dulu ya. Rara tunggu di meja makan."
"Astaghfirullah. Rara, Mas beneran kaget. Iya Sayang, Mas mandi dulu. Ini sengaja digelapin? Jadi makin penasaran."
Antara terkejut sekaligus ingin tertawa, tapi Ghafi menahannya. Dari cahaya remang-remang, dia bisa melihat Sabira sudah duduk dan ehem.
Kayaknya malam ini Sabira memakai gaun. Harusnya mereka candle light dinner besok malam. Apa ia yang salah jadwal. Tapi beneran Sabira terlihat semakin cantik dan Ghafi jadi penasaran model gaun yang dipakai istrinya seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENAKLUKKAN MOUNT EVEREST
RomanceKetika semesta mempertemukan dua insan yang berbeda suhu. Ghafi Altamis dan Sabira. Akankah suhu dingin Mount Everest mencair ketika bertemu suhu yang hangat. Ini bukan hanya cerita mengenai dua orang yang saling mencintai namun harus menghadapi ba...