PART 57

11K 1.1K 109
                                    

Welcome Readers,
(Selamat datang pembaca cerita Ummi),

Here we come to the last battle.
(Disini kita sampai di pertarungan akhir).

Take a breath for a while, before read this part.
(Ambil napas sejenak, sebelum membaca part ini).

I will take you to my imagination.
(Ummi akan membawa pembaca ke dunia imajinasi).

***











Still in Dapelro Building.

Ghafi menaiki anak tangga sambil menahan rasa nyeri. Sebenarnya ada luka di bahu kanan yang ia tahan. Ia ingin mengalahkan rasa sakit dan tidak mau melihat luka itu. Setidaknya tidak untuk saat ini.

Ia meyakinkan diri sendiri, semua pasti baik-baik saja.

"Razor. Ini saya Ghafi Altamis. What is Martin's biggest fear?"

Tangga darurat menuju pintu keluar ke lantai tujuh, menjadi terang benderang.

Ghafi berhenti sejenak melihat dinding di sekelilingnya. Razor menampilkan rangkaian gambar seperti video di masa lampau.

Seorang anak laki-laki tengah menangis sendirian di depan pusara yang masih basah dan bertabur bunga.

Apakah itu Martin? Ya, itu memang tampak seperti Martin. Anak remaja yang dulu hingga kini berambut ikal kecoklatan dan memakai kacamata.

Dalam hitungan detik, gambar itu berganti suasana di sebuah rumah sakit.

Lagi-lagi Ghafi seperti terlempar ke masa lalu Martin. Seorang perempuan setengah baya tampak pucat di atas tempat tidur. Perempuan itu mengusap lembut kepala Martin.

"Jadilah anak yang baik, meskipun Mama sudah tidak ada disampingmu lagi."

Tidak lama gambar itu menghilang di depan Ghafi.

Jadi, Martin kehilangan Mamanya di usia belia?

Apakah Martin ada hubungan khusus dengan Alka dan Papanya?

Berbagai pertanyaan mulai terkoneksi di kepala Ghafi. Dulu sewaktu dirinya masih berteman baik dengan Alka, ia beberapa kali bertemu dan bahkan makan siang dengan Martin. Papa Alka, mengenalkan Martin sebagai saudara sepupu Alka.

Satu hal yang Ghafi tangkap dari foto keluarga di rumah orangtua Alka. Wajah Alka lebih mirip ibunya, sedangkan Martin justru lebih mirip dengan Papa Alka.

"Razor, apakah ada hubungan genetik antara Martin dan Alka?"

Razor membutuhkan waktu lebih dari 30 detik untuk menjawab pertanyaan Ghafi.

Razor kemudian menyebutkan informasi yang mengejutkan Ghafi.

"Keduanya memiliki hubungan saudara kandung dari jalur ayah."

Wow, suatu informasi yang membuat Ghafi lalu bertanya-tanya. Apakah ini konspirasi antara Alka dan Martin ataukah murni Martin yang menjadi dalang dari semua kekacauan ini.

Ghafi sudah sampai di depan pintu darurat lantai tujuh.

Razor memindai ada tiga orang di dalam ruangan. Itu berarti Martin dan Alka telah menanti Ghafi. Mungkin yang seorang lagi adalah anak buah Martin.

Begitu jemari Ghafi membuka pintu, serta merta ruangan gelap berubah jadi terang benderang.

Suara seseorang terdengar bersiul dan bertepuk tangan. Siapa lagi kalau bukan Martin.

MENAKLUKKAN MOUNT EVEREST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang