Alka
Kemana dia?
Netraku mulai mencari keberadaan gadis itu di sekitar lobi RS. Aku mengemudi dengan kecepatan tinggi dan di jalan sempat melihat mobil ambulance yang biasa dia gunakan saat berkunjung ke rumahku.
Tapi tiba-tiba mobil itu hilang dari pandangan setelah aku terhalang lampu lalu lintas. Satu petunjuk yang bisa aku dapatkan, hasil laboratorium terkait Alana berdasarkan permintaan dari RS Royal Prima Medika.
Alhamdulillah, akhirnya aku sampai juga di gedung RS delapan lantai yang dikunjungi Alana. Aku turun dari salah satu mobil kesayanganku, Lexus LC biru laut. Aku berjalan masuk ke dalam lobi utama, setelah memastikan penampilanku tetap rapi.
Tunggu dulu, sepertinya penampilanku cukup mencolok dengan kacamata hitam. Kuputuskan untuk mengantongi kacamata ke saku celana dan langkah selanjutnya adalah mencari info tentang Amanda. Aku yakin Alana terburu-buru datang ke RS ini karena Amanda.
Semula aku kesal karena selama enam bulan ini Alana membohongiku. Tapi setelah aku pikir selama perjalanan menuju RS, Alana tidak salah. Dia memang tidak pernah mengatakan namanya. dr Wildan hanya bilang, dulu di kampus Alana dipanggil angel.
Lalu aku baru menyadari satu hal. Nama panggilan itu sangat cocok untuk Alana. Dari Mr Adib, pengacaraku yang mengurus persidangan kematian Martin. Beliau mengatakan Alana tidak pernah absen di setiap sidang. Aku hanya bertemu dia saat putusan final dari hakim, terhadap Amanda.
Setelah itu, aku tidak lagi mengurus masalah Amanda dan Alana. Aku sudah membantu mencarikan pengacara terbaik agar Amanda bisa membela diri. Putusan sidang telah ketuk palu dan hubungan kami selesai sampai disana.
"Selamat malam, saya hendak menjenguk pasien bernama Amanda Clarissa. Dirawat di ruang apa ya, Mbak?"
Dua orang petugas di meja resepsionis tersenyum ramah ke arahku. Salah seorang mencari informasi di komputer.
"Selamat malam, Pak. Saat ini pasien masih dirawat di ruang intensif. Jam besuk sudah berakhir malam ini. Silahkan Bapak berkunjung di esok hari apabila hendak bertemu keluarga pasien."
Aku tidak kurang akal, meski agak mendongkol karena ditolak setelah jauh-jauh datang kesini.
"Kondisi Amanda saat ini sedang kritis dan saya hendak bertemu keluarganya di ruang ICU. Setelah urusan selesai, saya segera pulang. Saya bisa meninggalkan identitas di sekuriti."
Kedua perempuan itu saling berpandangan, setelah menerima kartu identitas yang kukeluarkan dari dompet. Tidak hanya KTP, tapi aku juga mengeluarkan kartu nama sebagai owner Alkawardana Coorp dan salah satu owner RS Keluarga Sehat.
"Atau mungkin jika kesulitan, saya bisa izin berbicara dengan Manager On Duty malam ini?"
"Baik Pak. Bapak akan diantar sekuriti menuju ICU. Silahkan meninggalkan KTP dan memakai kartu visitor."
Kedua petugas resepsionia itu akhirnya mengalah.
Aku tersenyum.
Terkadang untuk suatu kebaikan, diperlukan juga menunjukkan sedikit kekuasaan di saat seperti ini. Petugas sekuriti yang bernama Pak Adang, datang menghampiri dan memberiku kartu pengunjung dan menemaniku menuju ruang ICU.
Tadi aku sempat searching biaya perawatan di RS. Ternyata cukup mahal, bila tidak memiliki jaminan kesehatan. Apa hanya karena gengsi, Alana tidak mau memindahkan Amanda ke RS milikku? Padahal aku bisa membantu membiayai sehingga dia tidak usah repot-repot mencari pinjaman uang.
"Dari sini, Bapak bisa naik tangga atau naik lift. Waktu kunjungan tidak boleh lebih dari 15 menit, Pak. Saya akan kembali ke lobi utama. Mari, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
MENAKLUKKAN MOUNT EVEREST
RomanceKetika semesta mempertemukan dua insan yang berbeda suhu. Ghafi Altamis dan Sabira. Akankah suhu dingin Mount Everest mencair ketika bertemu suhu yang hangat. Ini bukan hanya cerita mengenai dua orang yang saling mencintai namun harus menghadapi ba...