Suasana tegang berlangsung di dalam helikopter. Petugas medis dan paramedis berusaha menghentikan perdarahan di dada Martin yang terkena luka tembak.Dengan cekatan dokter dan perawat bekerjasama memasang oksigen, akses infus dan menghubungkan dengan monitor portable. Mereka juga membawa alat AED (Automated External Defibrillation) bila terjadi henti napas dan henti jantung.
Kebencian di hati Alka perlahan surut, saat melihat Martin berada dalam kondisi kritis.
"Bertahan, Martin. Sampai Lo bertemu papa. Gue akan perjuangkan hak ibu dan harta warisan beliau, seperti yang Lo mau. Tapi Lo harus tetap hidup."
Beberapa detik setelah Alka mengucapkan janji dan menggenggam jemari Martin, tiba-tiba saja saudara tirinya itu membuka mata.
Martin hanya mengerjap sesaat dan berbisik.
Alka mendekatkan telinganya ke wajah Martin. Dokter mengizinkan Alka melakukannya.
"Maafin gue, Al. Bimbing gue syahadat. Barusan gue lihat ibu. Ibu bilang gue bisa ketemu kalau baca syahadat. Please help me, Al."
Dada Alka bergemuruh seketika. Air matanya tiba-tiba menitik, di luar kuasanya.
Jujur Alka juga jarang mengucapkan syahadat karena dia masih sering meninggalkan shalat. Mungkin Martin dan dirinya telah lama diselimuti kegelapan, hingga cahaya kebenaran sulit menerangi hati mereka.
Lamat Alka gemetar mengucapkan syahadat di telinga Martin, hingga selesai. Ia bisa melihat bibir Martin bergumam menirukan ucapannya.
Hanya berselang beberapa detik setelah Martin melafadzkan syahadat, tiba-tiba lelaki itu batuk darah.
Dokter Fariz yang berada di dalam helikopter, merada denyut nadi yang mulai menghilang bersamaan dengan nafas Martin yang tiba-tiba berhenti.
"CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation). Kita akan melakukan pijat jantung paru, sesuai prosedur Pak. Apa Bapak mengijinkan?"
Alka memberikan persetujuan dan mengubah posisi duduknya berjarak dengan Martin. Jiwanya terguncang ketika melihat tim medis melakukan CPR untuk menyelamatkan Martin.
Satu siklus.
Dua siklus.
Hingga selesai lima siklus, tidak ada perubahan yang berarti. Martin seperti tidak bergeming dan tidak ada pergerakan napas.
Dokter Fariz mengevaluasi irama jantung di layar monitor. Alka hanya mendengar istilah asistol dan tim medis mulai melakukan CPR lagi. Ada obat injeksi untuk memacu denyut jantung yang sudah masuk. Usaha masih terus dilakukan sampai helikopter mendarat di atas helipad RS Keluarga Medika.
Sudah ada petugas yang menunggu dan membawa Martin turun menuju lift ke arah Instalasi Gawat Darurat. Alka meraba kedua tangan dan kaki Martin yang telah berubah dingin. Ia merasakan Martin telah pergi.
Sampai di IGD, dokter memastikan kembali kondisi Martin dengan memeriksa ulang serta melakukan EKG (Elektrokardiografi).
Dokter jaga IGD menyerahkan hasil EKG ke dokter Fariz.
"Tekanan darah dan nadi tidak terukur. Tidak ada napas, pupil sudah midriasis maksimal. EKG asistole. Mohon maaf Pak Alka, pasien kami nyatakan meninggal dunia jam 09.40."
Tubuh Alka seperti membeku, tepat di depan Martin yang kini telah pergi untuk selamanya.
Baru beberapa saat lalu, Martin masih bernyawa dan kini saudara tirinya telah dinyatakan meninggal dunia. Alka masih termenung dan semua amarahnya pada Martin, lenyap seketika.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENAKLUKKAN MOUNT EVEREST
RomanceKetika semesta mempertemukan dua insan yang berbeda suhu. Ghafi Altamis dan Sabira. Akankah suhu dingin Mount Everest mencair ketika bertemu suhu yang hangat. Ini bukan hanya cerita mengenai dua orang yang saling mencintai namun harus menghadapi ba...