Dalam hidup kita tidak bisa memilih dari suku atau ras apa kita berasal, dari keluarga mana kita berada, bahkan akan berakhir seperti apa, itu semua adalah misteri dalam hidup ini. Seperti yang dialami keluarga Bella, kecelakaan yang di alaminya hari ini tidak pernah mereka sangka, gadis yang selama ini terlihat baik-baik saja justru harus mengalami hal yang bahkan tak mereka pikirkan sebelumnya.
Bella gadis itu kini terbaring lemah dengan alat bantu hampir di seluruh tubuhnya, tubuhnya terbujur kaku di atas brankar rumah sakit itu, keluarga serta para sahabat yang beramai-ramai sudah memenuhi area rumah sakit.
Risma yang mengetahui anaknya mengalami kecelakaan ia segera kembali ke Jakarta setelah urusannya di Bandung selesai, namun sejak dia datang kemari wanita paruh baya itu hanya sibuk melamun di samping Helmi yang terus mengusap punggungnya memberikan kekuatan.
Sesekali Risma memijat dahinya yang terasa pening, Fara, Vina dan Gita pun tak luput dari harapan mengenai hidup Bella. Dalam beberapa menit ruang ICU itu terbuka, seorang dokter dengan dua suster di sampingnya menghampiri mereka.
Entah mengapa perasaan Risma saat ini tak enak apalagi melihat wajah dokter yang terlihat tak biasa itu.
"Sebelumnya saya mohon maaf karena anak ibu tidak bisa kami selamatkan, pukul setengah dua siang ini beliau menghembuskan napas terakhir."
Lantas Risma mengetahui hal itu langsung dari sang dokter pingsan seketika, Helmi di sampingnya langsung menopang tubuh Risma dan membawanya ke ruang rawat biasa.
Tangis Fara, Gita dan Vina pecah bersamaan dengan menutup mulut mereka tak menyangka, sahabat mereka di sekolah harus pergi secepat ini.
Tubuh Fara bergetar hebat Haikal disampingnya menahan tubuh kekasihnya yang terlihat terguncang, lalu memeluknya erat kala tangisan Fara terdengar histeris di telinganya, Haikal membawa tubuh Fara kedalam dekapannya agar tangisannya tidak begitu kencang.
"Bella kal, Bella, Bella orang baik itu, sahabat gue pergi kal, hiks." refleks Haikal mengusap punggung Fara untuk menenangkan namun bukannya tenang Fara malah semakin terisak.
Vina dan Gita tak kalah menyedihkannya, hanya saja mereka tanpa isakan namun air mata dari keduanya terus keluar.
Jangan tanya bagaimana kondisi Aldo lelaki itu sejak tadi hanya diam melamun, mengetahui kekasihnya kecelakaan saja membuatnya sangat terpukul dan merasa gagal, justru kini rasa bersalah lah yang mendominasi dirinya setelah mendengar kepergian Bella, lelaki itu benar-benar tidak menyangka Bella nya secepat ini meninggalkan dia yang bahkan belum sempat memberikan penjelasan juga kata maaf yang keluar dari mulutnya, mata Aldo bahkan sudah memerah, terus menerus lelaki itu mengusap matanya setiap kali mengeluarkan air mata.
"Minum dulu do." ucap seorang gadis bernama Karina yang memang selalu menemaninya akhir-akhir ini. Karina hanya diam, mengetahui Aldo tidak meresponnya ia memilih pergi dari hadapan Aldo, mungkin Aldo butuh waktu pikirnya.
Hal itu tak luput dari perhatian Farhan yang sejak tadi memperhatikan nya dari kursi panjang rumah sakit, laki-laki itu sangat terpukul.
Risma sadar dari pingsan nya, matanya menatap Helmi yang duduk di sampingnya.
"Mi, Bella mana mi?"
"Ada Bella mau di bawa pulang tante."
"Aduh mi, Bella mi hiks."
"Sabar tante ya,"
Tak lama pintu ruangan terbuka seorang wanita paruh baya memasuki ruangan itu lantas tangis Risma pecah seketika.
"Mia, anakku Mia, si Bella Mia..tinggalin aku hiks." Mia lantas memeluk adiknya itu memberikan ketenangan namun lagi-lagi Risma terus terisak.
"Sabar Risma sabar ya.. ada aku sekarang disini, tenang, mungkin ini yang terbaik untuk kita ya, umur emang gak ada yang tau, ikhlasin aja Ris."
"Hiks, Bella Mia, Bella hiks..."
"Iya Dia aku tau kok, ikhlasin Bella ya, Bella anak yang baik mungkin Tuhan sayang sama Bella jadi dia..." Mia menggantung ucapannya karena tiba-tiba saja ia mengeluarkan air mata.
Seorang suster memasuki ruangan dan menghampiri mereka.
"Pasien meninggal atas nama Arabella Cassandra akan segera di bawa pulang kerumah duka."
Helmi segera meninggalkan mereka guna mengurus beberapa administrasi yang harus di urus, karena pemakaman akan di urus hari ini juga.
...
Bendera kuning menghiasi pagar rumah besar itu, teman, kerabat, guru serta sahabatnya sudah memenuhi area rumah itu, bahkan kini ketiga sahabat Bella dengan Sahra yang juga melayat berada di kamar Bella, berkumpul disini dengan tangisan masing-masing, saling berpelukan menguatkan satu sama lain.
"Bella hiks gak nyangka banget gue." gumam Vina yang diangguki Gita, sedangkan Fara hanya melamun dan terus mengeluarkan air mata.
Gita menoleh pada Sahra, Sahra yang tadinya memperhatikan mereka malah menunduk.
"Maafin gue ya Ra, selama ini gue selalu tega sama lo."
Sahra mengangkat sedikit kepalanya lalu tersenyum tipis mencoba mengerti.
Saat tangan Sahra tanpa sengaja masuk sedikit kebawah kasur ia merasa ada sesuatu di bawah sana, segera gadis itu menoleh kebawah dan menemukan banyak sekali obat.
"Apa ini?" tanya Sahra pada mereka bertiga.
Mereka menoleh lalu mencari tau apa yang dimaksud Sahra, mata Gita membulat sempurna melihat bawah kasur yang di penuhi oleh obat-obatan yang berjatuhan sangat banyak.
"Ini kan obat Bella, kok banyak gini, gue baru tau." ucap Fara sambil mengusap air matanya yang jatuh.
"Apa jangan-jangan selama ini Bella gak pernah minum obat lagi?" ujar Vina mereka saling pandang yang berakhir keheningan menimpa mereka semua dengan pikiran masing-masing.
"Kalian mau ikut ke makam apa enggak?" tanya Mia yang menghampiri mereka.
"Sepertinya enggak tante gak kuat Vina mah, gak tau nih yang lain hiks."
"Fara juga disini aja tante."
"Oiya tante aku mau nanya itu obat yang di bawah kasur itu obat apa ya?" tanya Gita mencoba memastikan.
"Obat apa?"
Sahra memberikan obat itu pada Mia, segera Mia mencari keberadaan obat-obat lainnya.
"Ya ampun ini banyak banget ya, nanti deh tante beresin, sekarang tante mau ke makam dulu ya."
Mereka serentak mengangguk namun Fara penasaran dengan obat-obat itu, jadi yang dia lakukan mengambil beberapa obat itu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mostwanted
FanfictionFyi: slow update (Hiatus) Bella gadis yang terlihat dingin namun bisa menjadi hangat itu mampu menarik perhatian Aldo, sedangkan Aldo laki-laki yang ingin selalu menjadi nomor 1 diantara yang lain, ada banyak kesamaan diantara keduanya membuat kedua...