(39)

191 16 6
                                    

Suara dari piano dengan judul lagu fur Elise terdengar memenuhi ruangan, ketika Bella dan Farhan memasuki sebuah rumah yang lebih cocok di sebut vila itu. Menyadari ada yang datang orang yang sedang bermain alat musik itu menghentikan permainannya.

"Farhan, apa kabar na?" Pria paruh baya itu memeluk tubuh yang di duga sang anak. Farhan langsung membalas pelukan hangat sang ayah.

"Dengan siapa kamu kemari?" Pria berkacamata itu menoleh pada Bella yang berdiri tepat di samping Farhan.

"Dia temanku pah, dari Jakarta. Namanya Bella." Bella tersenyum menanggapi ucapan Farhan.

"Oh iya-iya silahkan duduk," ucap lelaki itu yang ternyata bernama Hadi.

Mereka bertiga sudah duduk di kursi ruang tamu, dengan berbagai camilan yang telah tersedia disana.

"Jadi perempuan ini yang kamu maksud Han?" tanya Hadi membuka pembicaraan yang di balas anggukan oleh sang anak.

"Kamu punya buktinya?"

"Punya pah."

Bella di kursinya hanya menyimak pembicaraan anak dan orangtua di hadapannya, karena sejujurnya Bella sendiri tidak mengerti mengapa ia di bawa ke rumah orang tua Farhan, dan maksud dari ucapan ayahnya barusan, Bella benar-benar bingung sekarang.

"Bell," tegur Farhan yang melihat Bella melamun..

"Eh.. iya han?"

"Sekarang gue mau kasih tau, dia ini papa gue, kebetulan dia ini seorang pengacara yang cukup berpengalaman, teman-teman termasuk gue yang dari Jakarta sudah memutuskan untuk membantu masalah lo kalo ini," jelas Farhan membuat Bella sedikit berkaca.

"Ja..jaja..jadi mereka semua udah tau kalo gue masih hidup?" gumam Bella ragu.

"Iya bel, tapi gak bakal mudah buat lo kembali seperti normal."

"Kenapa?"

Farhan sedikit menunduk. Lalu, menghela napas menatap Bella ragu.

"Lo tersangka."

"Apa gue bakal di penjara?" tanya Bella, diiringi satu tetes air mata yang lolos di pipinya yang mulus.

"Sekaligus korban," tambah Farhan, dia sudah tidak tahan menatap wajah Bella yang terlihat sendu.

Farhan mengambil sebuah berkas tebal. Kemudian, menunjukkan nya pada Hadi.

"Itu semua bukti yang aku dan teman-teman kumpulkan dalam waktu dekat, aku harap bukti itu cukup, untuk membuktikan bahwa Bella tidak bersalah." Untuk beberapa saat keheningan menimpa mereka semua, Hadi dengan teliti memperhatikan semua berkas yang di bawa Farhan, sambil sesekali menaik-turunkan kacamatanya pria paruh baya itu menatap Bella yang tak bergeming sejak tadi.

"Apa kamu tidak merasakan hal yang berbeda selama ini?" tanya Hadi pada Bella.

"Yang saya tau jika saya menderita penyakit mental, setiap kali kambuh saya hanya yakin bahwa itu karena apa yang saya derita, tapi ternyata obat-obatan itu penyebab sebenarnya."

"Saya pikir, kamu pintar dan mungkin tau semua ini, kamu bukan anak SD yang tidak bisa menggunakan ponsel untuk mencari tau sesuatu kan?"

Deg

Bella diam membisu, ia tau ia salah kali ini. Ucapan Hadi barusan membuatnya sulit berkutik, namun Bella sadar jika ia sebenarnya di jebak.

"Dokter Maya selalu mengatakan, jika obat yang ia berikan adalah obat untuk kesehatan saya," jelas Bella karena ia tidak ingin di salahkan atas ketidaktahuannya.

"Lalu, anda percaya?"

"Iya, saya percaya karena dia seorang dokter."

Sejak tadi Farhan hanya diam, dia sadar, jika saat ini ayahnya sedang menguji Bella, apakah ia layak untuk di bantu dalam masalah nya ini.

"Dua tahun lalu, apa yang terjadi? Sehingga dokter itu kalian percaya."

"Dua tahun lalu Ayah saya meninggal dunia karena penyakit jantung, saya merasa kehilangan, sejak itu saya kehilangan kendali, saya menjadi sulit di atur, selalu membuat masalah disekolah, saya belum bisa menerima kenyataan, sampai akhirnya mantan saya dulu memperkenalkan saya dengan seorang dokter, dokter itu dokter Maya."

"Jadi kamu tinggal sama ibu kamu aja?"

"Enggak, ada sepupu dan tante saya, kita memang percaya sama dokter Maya, mereka percaya, dengan harapan saya dapat pulih."

"Kamu tau gak? Dokter Maya itu yang memberikan obat-obatan terlarang pada kamu, di antara resep obat biasa yang kamu terima." Hadi mengusap dahinya dan menatap Bella tajam.

"Saya gak tau, kalo bukan karena Farhan dan juga teman-teman mungkin selama nya saya akan terus terjebak," ucap Bella parau.

Hadi berdiri dari duduknya meninggalkan keduanya. Bella menatap Farhan penuh tanya, yang dibalas gelengan kepala.

Hanya dalam beberapa menit Hadi kembali menemui mereka, dengan beberapa beberapa berkas di tangannya.

"Saya akan membantu anda untuk kembali ke Jakarta dan menyelesaikan kasus ini secepatnya, dengan syarat anda harus menandatangani berkas ini," tunjuk Hadi pada sebuah berkas yang sudah tertera materai disana.

Farhan mengambil berkas yang di maksud, satu-persatu halaman ia buka dengan wajah yang penuh ekspresi terkejut.

"Apa-apaan ini pa? Persyaratan macam apa ini?!" ujar Farhan.

"Disini, saat ini, saya sebagai seorang pengacara bukan ayah kamu Farhan."

"Tapi pa!"

"Setuju atau tidak sama sekali?" ucap Hadi menatap keduanya.

"Kamu dan temanmu ini sudah benar kemari, dan ingat di dunia ini tidak ada yang gratis. Tinggal pilih saja di antara keduanya, semuanya akan selesai," tambahnya.

Bella dengan ragu meraih pulpen di samping selembar kertas itu. Namun, Farhan terlihat menahannya sambil menggelengkan kepalanya menatap Bella.

"Orang tua kamu bahkan gak tau kalo kamu ada disini, dengan kondisi seperti sekarang, izin mereka lebih penting," ujar Farhan.

"Disaat-saat seperti ini izin hanya akan membuang-buang banyak waktu," sahut Hadi.

Membuat Bella kebingungan apa yang harus di pilih, membiarkan dirinya tertuduh bersalah atas jebakan yang di alaminya, atau mengubah seluruh hidupnya setelah menyetujui semuanya. Farhan menatap Bella dalam, begitupun Bella dengan wajah polosnya yang penuh pikiran itu, perlahan tangan Bella meraih telapak tangan Farhan yang kosong, memberikannya kekuatan atas pilihannya, karena Bella rasa Farhan lebih terguncang dengan persyaratan itu dibanding dirinya.

Dengan ragu Bella menandatangani berkas yang berisi syarat, yang mungkin akan merubah seluruh hidupnya.







TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MostwantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang