(36)

147 16 4
                                    

"Kalian siapa?!" teriak Fara lalu matanya menatap tajam pada dokter Maya yang hanya diam menyaksikan.

Kedua orang itu berusaha menangkap Fara, dengan lihai Fara menghindar dan memukul kedua orang itu, ternyata keikutsertaan nya pada ekstrakulikuler taekwondo saat SMP dulu berguna untuknya saat ini, gadis itu memukul, menendang secara bergantian dua orang itu, di pojok ruangan itu dokter Maya kesal karena kedua premannya tidak berhasil juga menangkap Fara, dengan wajah yang penuh pikiran itu, mencari-cari sesuatu, dokter Maya menemukan sebuah tongkat kasti miliknya yang ternyata ada di kamarnya, ia kembali lalu menemui mereka yang sedang saling serang di ruang tamu.

Ketika Fara sedang membelakanginya, lantas dokter Maya mengarahkan tongkat itu tepat di belakang kepalanya, ketika pukulan itu hampir melayang di kepala Fara, gadis itu segera menghindar, berhasil, bukan Fara yang terkena pukulan itu melainkan salah satu preman itu, membuat salah satunya pingsan seketika.

"Oh ya ampun."

Fara tak tinggal diam, gadis itu langsung merebut tongkatnya, dan memukul satu preman yang masih terlihat ingin menangkapnya, ketika dua orang itu pingsan Fara mengambil sebuah tali pengikat, keduanya kini sudah terikat di sebuah kursi saling membelakangi, hanya tersisa dokter Maya yang berdiri tak jauh darinya dengan wajah yang begitu gemetar.

Fara mendekat lalu menarik tangan dokter Maya kebelakang, sama seperti kedua preman itu, kedua tangan dokter Maya sekarang sudah terikat, dengan perlahan Fara membawa dokter Maya kedalam kamarnya.

"Lepasin tangan saya, atau saya lapor polisi," ancam dokter Maya membuat gadis itu bergidik ngeri.

"Harusnya saya dan teman-teman yang laporin anda ke polisi!"

"Oiya dok, Fara mau nanya siapa yang nyuruh dokter Maya ngelakuin ini semua?" tambahnya, bukannya menjawab dokter Maya malah membuang wajahnya kesamping.

"Oke kalo dokter Maya gak mau jawab, biar teman-teman aku aja yang introgasi!" Fara berdiri dari posisi jongkoknya, dokter Maya menoleh ke arahnya.

"Jangan saya mohon!"

Fara membuka ponselnya lalu mengirimkan alamat apartemen dokter Maya pada haikal dan teman-temannya.

"Yah udah ke kirim, maaf ya dok," jawab Fara yang dibuat sesedih mungkin.

Fara mengambil lakban hitam di laci kamar itu yang ternyata ada, lalu menghampiri dokter Maya yang berusaha melepas diri agar bisa kabur dari apartemennya.

"Jangan Far! saya bilang lepas, ya lepas!" dokter Maya terus berteriak, yang dilakukan Fara hanya menutup kedua telinganya dengan earphone yang ternyata ia bawa.

Dengan santai Fara menggunting lakban itu lalu menutup mulut dokter Maya dengan lakban itu, tak lupa dua preman tadi pun ia tutup mulutnya dengan lakban.

Tidak ingin berlama-lama di sini gadis itu segera meninggalkan apartemen dan menghubungi kedua temannya, dengan tubuh yang sedikit bergetar Fara terus berjalan cepat menuju parkiran, dari pintu yang ia pijak dapat di lihat mobil taksi sudah siap mengantarnya pergi dari tempat ini, yang ternyata sudah ada dua sahabatnya.

Fara menghembuskan napasnya ketika melihat kehadiran Haikal dan teman-temannya, dengan tergesa Fara menghampiri Haikal lalu memeluk tubuhnya erat, Haikal lantas membalas pelukan gadisnya, lalu menangkup pipi Fara, memperhatikan wajahnya yang sedikit pucat.

"Kenapa?" kata Haikal membuka pembicaraan.

Haikal mengusap dahi Fara yang penuh dengan keringat itu.

"Dokter Maya, dia-d dia," ucap Fara dengan nada yang terdengar gemetar.

"Gak usah di paksa, kita bakal kesana sekarang, kamu pulang aja ya sayang, Gita, Vina temenin Fara ya," tegas Haikal yang diangguki keduanya.

MostwantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang