2 ¦ Awal

64 12 0
                                    

Sebuah warung makan yang berada di samping minimarket hancur di tabrak mobil itu, untung saja orang-orang yang berada di warung tidak ada yang terluka parah kecuali pria dan wanita yang ada di dalam mobil.

Orang-orang mendekati mobil. Saat salah satu dari mereka membuka pintu mobil, terlihat wanita yang tadinya ada di jok belakang sedang mengigit bahu pria yang mengemudi. Darah mengucur dan memercik dari bahu pria itu, membuat orang-orang mundur tak ingin terciprat darahnya. Padahal pria itu sudah berteriak meminta pertolongan.

Sepertinya air malam lebih menakutkan daripada tidak menolong orang.

"To...long..." ucapnya sebelum tak sadarkan diri.

"Ditolong! Ditolong!" teriak satu orang pada akhirnya membuat orang-orang maju menolong.

Satu orang bapak-bapak maju membuka seatbelt pria itu, terlihat dari gerakannya yang tersendat-sendat kaget sekaligus takut melihat wanita dan pria yang penuh dengan darah. Dia memegang pria hendak mengeluarkannya dari mobil. Wanita yang sedari awal melihatnya sambil mengunyah, menyerang dengan menggigit tangannya.

Bapak itu berteriak membuat orang-orang terkejut, mereka membantu menarik tangannya yang sepertinya digigit kuat oleh wanita itu.

Pintu mobil ditutup setelah berhasil menarik tangan bapak itu, wanita yang berada di dalam mobil menggedor kaca jendela berontak ingin keluar. Untungnya dia tidak bisa bergerak dengan luas karena seatbelt yang masih melilit tubuhnya, dan juga dia tidak ingat ada yang namanya pintu. Mungkin otaknya sudah didominasi perilaku agresif.

Orang-orang kembali panik melihat serangan dari wanita tadi. Beberapa sudah ada yang menelpon ambulans dan polisi. Sedangkan bapak tadi dibawa ke depan minimarket untuk dibersihkan darahnya, tepat di depan ku dan Diva.

Pegawai minimarket masuk kedalam mengambil air bersih. Air itu lalu disiram ketangan si bapak. Bapak itu sedikit meringis mendapati cairan mengenai kulitnya, darah bercampur air tergenang di depan minimarket.

Bekas gigitan terlihat mengerikan, darah tidak berhenti bahkan saat ditekan kain dengan cepat kain itu berganti warna. Gigitan itu cukup dalam, kulit si bapak terlihat sobek karena ia menarik tangannya yang sedang digigit. Membuat ku bisa melihat bentuk daging yang berada di belakang kulitnya.

Diva memukul pelan lenganku, ia membawa ku kembali ke kos. Sebenarnya aku tidak mau, tapi aku juga tidak berbuat apa-apa selain menonton disini. Yah memang tidak hanya aku, sebagian besar dari orang-orang yang berkerumun itu sedang merekam bukannya menolong. Mereka pikir dengan merekam artinya mereka menolong. Miris.

Kami berdua kembali berjalan melewati jalanan tadi sembari berdiskusi tentang apa yang baru saja terjadi.

"Kayak zombie." kataku terkekeh setelahnya.

"Iya kan. Gigit gigit kayak gitu. Hih ngeri aku liatnya." ucap Diva bergidik

Aku menatap lurus ke depan. Jalanan yang lumayan panjang kembali kami susuri. Gelap. Sepi. Yah apa yang kau harapkan dari sebuah perumahan. Dari pagi sampai pagi sama saja, selalu sepi. Rumah-rumah minimalis berjajar rapi di kanan dan kiri, mungkin itulah alasan kenapa orang-orang disini minim berkomunikasi.

Hanya pikiran humor ku saja. Tidak perlu dianggap serius.

Tapi ini serius, apakah setiap perumahan selalu sepi?

Tiba-tiba ditengah pikiranku tentang perumahan terlintas bagai kilat harum nasi goreng.

"Eh nasi goreng ku."

"Dahlah. Besok ja Dit." saut Diva terus berjalan tidak peduli dengan nasi goreng ku yang sudah di siapkan abangnya.

"Iyalah."

Untungnya aku belum membayar.

Dan malam ini aku tidak makan lagi.

_W_

neWorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang