4 ¦ Penyebaran

73 15 0
                                    

Perkuliahan tetap berjalan walaupun sempat ada kejadian berdarah di kantin. Polisi, tentara, pemadam, hampir semua datang ke daerah kampus setelah mendapat panggilan. Ternyata, tidak hanya satu orang yang menjadi korban. Sebelum di kantin wanita itu telah menyerang satu orang yang sedang menaiki motor lalu beberapa mahasiswa yang hendak menolong pemotor dan terakhir mahasiswi di kantin.

Kabar yang beredar mengatakan pemotor dan beberapa mahasiswa juga mendapatkan cakaran ataupun gigitan di tubuh mereka, beruntungnya masih hidup dan sedang dirawat di rumah sakit, sedangkan mahasiswi yang diserang saat di kantin kini telah berada di kamar mayat dengan kondisi badan yang penuh dengan cakaran, gigitan dan lubang-lubang yang menganga.

Tidak ada yang membahas kejadian tadi, sepertinya mahasiswa dan mahasiswi cukup shock setelah melihat dengan mata kepala mereka sendiri, bagaimana brutalnya wanita itu menghabisi mahasiswi malang itu. Bahkan Rima sejak tadi hanya diam membisu disampingku.

Setelah kejadian aku dibawa ke ruangan dosen, disana mereka menanyakan apa yang terjadi dan setelah bercerita dosen wali ku memberikan satu dua kata yang bisa aku simpulkan sebagai kata penenang. Aku tidak terlalu shock, mungkin karena semalam aku juga melihat hal yang sama.

"Rim." bisik ku pelan tidak ingin mendapatkan tatapan bengis dari dosen jika ia tahu aku tidak mendengarkan wejangannya.

Rima tidak membalas. Matanya terlihat kosong dengan tatapan yang terpaku pada satu titik. Aku menyenggol tangannya, tidak ada yang terjadi.

Merasa diabaikan aku mengeluarkan hp. Mengirim pesan ke Diva.

[Tadi aku ada di kantin wkwk.]

[Anjir. Aku sudah pulang tau.]
[Terus ada anak kelas kasih tau di grup.]
[Aku mau chat kau tadi, tapi kukira kau ada kelas.]

[Masih mendingan yang semalam kurasa. Yang ini sampai meninggal. Betulan kayak zombie anjirr.]

[Iya kah yaaa. Kau liat kah?]

[Iya. Aku ada di bawah meja wkwkwk.]

[Bisanya kau nda pergi dari situu]

Benar juga. Kenapa aku malah berdiam di balik meja bukannya ke luar bersama mahasiswa lainnya? Ah sudahlah aku bahkan tidak ingat apa yang aku pikirkan saat itu.

Chat Diva kubiarkan saja. Aku kembali mendengarkan materi yang diberikan dosen. Baru lima menit aku sudah bosan kembali. Aku kembali menyenggol Rima, butuh kekuatan dalam sampai akhirnya berhasil. Rima menoleh melihatku dengan wajah yang datar dan sangat pucat.

"Eh. Kau kenapa?" tanyaku terkaget-kaget. Horor juga melihatnya seperti ini. Tanpa ekspresi dan wajahnya pucat pasi sampai aku bisa melihat warna hijau keunguan dari urat-uratnya.

Rima diam, kembali menatap buku yang ada di kursinya. Aku juga diam tidak ingin melihat wajah horor itu lagi. Hanya suara dosen yang mengisi kesunyian kelas ini.

Kelas telah usai, Rima masih berdiam. Aku terus memanggilnya tapi tetap tidak ada jawaban. Apa yang harus aku lakukan? Apakah saat seperti ini aku harus memanggil dosen? Ohhhh jangan-jangan Rima juga kemasukan roh.

"Rim."

"Rima."

Seperti berbicara dengan tembok berbentuk manusia. Mahasiswa lain sudah keluar, menyisakan ku dengan patung Rima ini sendirian.

"Heh!" teriak ku membuat Rima terkejut.

"Hah? Apa?"

"Mending kau pulang ja. Daripada jadi patung hidup disini."

Dia celingukan melihat seluruh kelas.

"Takut aku."

Hah? Apa yang dia takutkan??

neWorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang