W

124 14 2
                                    

9 September 20xx

Matahari telah menampakkan dirinya. Embun-embun kecil melayang-layang menyapu udara pagi. Angin semilir menambah kesejukan di pagi ini. Burung-burung saling saut menyaut menyambut datangnya matahari yang semakin menampakkan dirinya.

Pasangan suami dan istri itu sedang duduk di gazebo depan rumahnya. Melihat bunga warna-warni yang baru saja bermekaran. Udara pagi yang sejuk menambah kenikmatan bagi mereka berdua untuk bermesraan di gazebo.

"Malam ini mau kemana?" tanya sang istri bersender di bahu suaminya.

"Kamu mau kemana? Aku ikut aja."

"Tuhkan. Setiap ditanya pasti gitu. Seharusnya kamu juga ikut mikir dong. Masa aku terus yang tentuin tempatnya."

Omelan sang istri ditanggapi dengan elahan napas dari suami. Dia mengelus pucuk kepala istrinya.

"Kita ke rumah mama aja kalau gitu."

"Ih iyaa udah lama gak kesana. Yaudah nanti malam kita kesana." sembur sang istri memeluk suaminya gemas.

Keputusan final telah mereka dapatkan. Sang istri turun dari gazebo menuju taman bunganya. Dia berjongkok, menyentuh kelopak bunga sepatu yang berwarna merah ranum itu.

"Hati-hati banyak lebah." ucap suami memperingati

"Aaa!"

Akhirnya, penyengat itu mendapati tempat hinggapnya.

"Tuhkan. Baru aja dibilang. Makanya jangan diganggu. Pagi gini lebah udah nyari nafkah jadi jangan dipegang bunganya kalau pagi."

Sang suami mendekat lalu mengambil penyengat yang masih setia menempel di jari tangan istrinya. Dia menuntun sang istri masuk ke rumah, memberikan pertolongan untuk jari tangan istrinya itu.

"Udah. Siap-siap deh. Bentar lagi masuk kerja nih nanti kita telat." ucap sang suami setelah mengoleskan minyak ke jari istrinya.

16.54

Sebuah mobil sedan melaju lambat di tengah lapangan sekolah itu. Memakirkan tubuhnya dengan rapi disamping mobil-mobil lainnya. Dari dalam tubuhnya keluar satu sosok pria, berjalan santai ke arah ruang guru yang terletak tak jauh dari tempat ia memakirkan mobilnya.

"Eh mas Yuda. Sena masih bicara sama kepala sekolah." tegur satu guru perempuan yang baru saja keluar dari ruangan para guru.

"Oh iya mba. Makasih."

Yuda lalu duduk di kursi panjang depan meja besar yang berada di depan ruang guru. Cukup lama ia menunggu istrinya hingga akhirnya Sena keluar dengan dibopong oleh sang kepala sekolah.

"Eh kenapa yang?" tanya Yuda panik

"Maaf mas mungkin karena saya terlalu lama ngajak bicara, bu Sena jadi lemas gini." jawab kepala sekolah, memegang lengan Sena.

"Eh iya mungkin Sena belum makan bu. Kalau begitu saya undur diri dulu bu. Mari."

Yuda menggendong istrinya menuju mobil dengan panik. Mengabaikan guru dan murid-murid yang melihatnya dengan tatapan bingung. Dia mendudukkan Sena di jok lalu memasang seatbelt untuk istrinya.

"Eh loh. Kok ada darah?" tanya Yuda kedirinya sendiri setelah melihat bibir istrinya yang mengeluarkan cairan merah segar.

Dia mengelap darah itu. Tak membuang waktu ia melaju menuju sebuah rumah sakit yang tak jauh dari sekolah itu.

"Ibu Sena tidak apa-apa pak. Kemungkinan ibu lagi kelelahan. Setelah ini akan saya berikan resep obatnya." kata dokter itu sambil mengelap tangannya lalu mengambil kertas dan pulpen, menulis resep obat untuk Sena.

"Iya terima kasih dok. Itu tangan dokter gimana?" tanya Yuda melihat tangan dokter muda itu yang sempat dicakar oleh istrinya saat melakukan pemeriksaan.

"Oh tidak apa-apa pak. Setelah ini akan saya bersihkan."

Kini Yuda berada di ruang tunggu untuk mengambil obat istrinya. Dilihatnya istrinya yang berada disampingnya itu dengan teliti. Apa yang salah? Apakah istrinya memiliki satu penyakit yang tidak ia ketahui? Dan, kenapa istrinya mencakar dokter yang memeriksanya tadi?

"Sena Khotimah."

Yuda segera berjalan ke arah loket mengambil obat istrinya. Dia tidak mendengarkan ucapan perawat mengenai anjuran untuk meminum obat, dia masih melamun memikirkan alasan Sena bertindak seperti itu ke dokter.

Seketika lamunannya terpecah karena keributan yang terjadi di belakangnya.

"Mba, mba ini anak saya mba jangan dipukulin!" teriak satu ibu-ibu memeluk badan anaknya, melindunginya dari seorang wanita yang sedang ditahan satu pria karena dia hendak mengambil anak yang sudah menangis memeluk ibunya itu.

"SENA!" teriak Yuda menyadari siapa wanita yang bertindak agresif itu.

Yuda menghampirinya, menariknya dari pria yang menahan lalu menjauh dari kerumunan. Dengan banyaknya mata yang masih terpaku pada Sena.

"Yang kamu kenapa?!" tanya Yuda kearah Sena yang melihatnya dengan tatapan sinis. Dihadangnya tangan istrinya itu yang terus mencakar lengan jaketnya.

"Sena!" teriak Yuda lagi membuat istrinya diam lalu terjatuh tak sadarkan diri.

Dokter dan perawat datang untuk memeriksa keadaan anak kecil yang sempat dicakar Sena. Sedangkan Yuda dan istrinya sudah pergi dari sana menuju ke rumah orang tua Yuda.

"Jangan bilang kamu kemasukan yang." kata Yuda frustasi ditengah perjalanan.

Perjalanan memakan banyak waktu, melewati beberapa lampu lalu lintas dan kemacetan yang terjadi di jam pulang kerja seperti ini. Senja sudah lewat, Yuda yang kelelahan berhenti di sebuah minimarket untuk membeli minum. Meninggalkan istrinya sendiri dimobil.

TTIIIIIIIN....

Suara klakson mobil membuat orang-orang sontak melihat kearah mobil yang terparkir didepan minimarket itu. Bahkan beberapa pemotor yang melintas berhenti, penasaran dengan sebuah mobil yang berbunyi. Orang-orang yang berada di sekitar sebagian ada yang berteriak memanggil siapa pun pemilik mobil.

Yuda keluar membawa satu botol air mineral, berlari kearah mobil lalu mematikannya. Sena yang sebelumnya tidur di jok belakang sekarang sudah duduk di depan dengan kepala yang menyender di stang mobil. Yuda diam sebentar lalu dipindahnya Sena kembali ke belakang dan meminta maaf ke orang-orang yang terganggu karena klakson mobilnya. Ia masuk kembali kedalam mobil lalu menjalankan mobilnya.

Baru saja ia berjalan sekitar lima meter.

BRAK

_W_

neWorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang