20:02
Jam telah menunjukkan angka delapan, tapi keberadaan enam orang itu masih belum terlihat juga batang hidungnya. Bahkan Komandan Gary sejak sore mondar-mandir di ujung tangga itu. Sesekali dia memanggil satu tentara dan berbicara dengannya. Tak jarang juga dia masuk ke ruangan pemeriksaan dan tak lama kembali keluar.
Sesuatu yang buruk terjadi pada mereka.
Seorang tentara mendatangi Komandan dan berbisik. Setelahnya mereka berdua berlari masuk ke ruangan dengan panik. Hm, aku sangat penasaran. Beberapa tentara keluar dari ruangan, berlari turun menuju lantai bawah, atau mungkin menuju lantai satu. Komandan Gary berada tak jauh dibelakang mereka. Juga memegang senapan.
Aku melihat sekitar, dimana orang-orang juga sepertinya penasaran. Apa yang terjadi? Satu pertanyaan yang pasti ada disetiap pikiran kami. Kami saling pandang, saling bertanya tanpa suara. Namun tentu saja tidak mendapat jawaban apapun. Hanya perasaan yang berkecamuk melihat para tentara yang berlari panik ke bawah.
Keenam orang yang pergi menghampiri malaikat maut tadi siang, menaiki mobil yang para petinggi pakai. Mobil yang biasa kulihat di film perang. Mobil lapis baja, mungkin. Maaf jika salah, aku tidak tahu namanya. Mobil itu memiliki bentuk yang mirip seperti mobil penculik yang ada di film.
Mereka pergi cukup jauh dari sini, karena katanya supermarket di dekat sini sudah tidak bisa dimasuki dan juga tidak banyak lagi barang yang tersisa. Kebanyakan sudah hancur dan berhamburan di lantai, menyatu dengan debu, tanah serta darah. Aku tahu, karena aku, ekhem, menguping. Ssttt!
"Yang utama, nyawa kalian. Apapun yang terjadi, selamatkan hidup kalian terlebih dahulu. Paham?!"
Aku berhenti menguping setelah Komandan mengatakan hal itu. Pernyataan itu sudah cukup membuat ku puas. Tidak perlu menguping lebih lanjut lagi. Setelahnya aku kembali ke atas, bergabung dengan yang lainnya, melalui tangga darurat.
Sama seperti siang tadi, kini aku kembali melewati tangga darurat. Mengendap-endap seperti maling menuju pintu yang terletak tak jauh dari tempat berkumpul. Lalu masuk dan dengan cepat menuruni tangga yang tidak sedikit ini. Turun dari lantai empat sampai satu.
Langkahku terhenti, saat sampai di ujung tangga dan hendak membuka pintu. Masih ada satu tangga lagi menuju kebawah, kurasa itu menuju parkiran. Aku mendekat, berdiri di atas anak tangga. Sepertinya ada orang dibawah sana. Tadi aku mendengar langkah kaki.
Tap tap tap
Benar. Itu suara orang berlari. Tidak mungkin zombie, langkah itu terlalu cepat. Aku turun,
"AAAAHHHH!!"
Aku terduduk setelah tersandung satu anak tangga. Satu orang dengan badan yang berantakan terjatuh setelah dia sempat menginjak anak tangga dan aku berteriak. Dia mengeram kesakitan, memegang kepalanya yang terhantuk tembok. Tapi, erangan itu terdengar semakin banyak. Orang tadi dengan cepat berdiri.
ANGGA?!
Dia melihatku sebentar sebelum akhirnya berlari naik dan menarik tanganku, menaiki anak tangga yang baru saja kuturuni. Bisa kurasakan tangannya yang dingin di telapak tanganku. Dan juga keringat.
Erangan yang tadi kudengar terdengar semakin mendekat. Aku menoleh, tidak ada apa-apa.
Bruk
Kuperingatkan. Jangan pernah menoleh saat kalian sedang berlari, apalagi berlari menaiki tangga.
Aku terjatuh dengan tulang kering mengenai ujung anak tangga, dan juga sedikit tergelincir ke bawah. Ini sakit. Angga kembali turun dan menarik-narik tanganku.
Hei! Aku baru saja terjatuh.
Dia dengan panik melihat ke bawah lalu berjongkok dengan punggung mengarah kepadaku.
"Cepat naik!"
Hah? Apa maksudnya? Ingin menggendong ku?!
Tentu saja aku menggeleng! Aku tidak ingin digendong.
"Gak usah. Masih bisa jalan." ucapku berpegang di pagar dan berdiri. Yah, masih bisa, walaupun agak sakit.
Kalian tahu. Tidak seharusnya kami berdiam disini.
Di bawah sana, segerombolan zombie sedang menaiki anak tangga, mengejar kami berdua. Atau mungkin mengejar Angga.
"Mereka makin cepat. Ayok jalan, mau nyerahin hidup diam disini?!" katanya sedikit berteriak dan sudah berlari menaiki tangga, meninggalkanku.
Aku sangat kesal mendengarnya, tapi tidak ada waktu memikirkan itu. Aku lalu menyusulnya saat para zombie itu sudah semakin mendekat dan sepertinya mereka sempat melihatku. Sakit di kaki, kutahan dengan sekuat tenaga. Terus berlari sampai aku sudah tidak melihat keberadaan Angga lagi. Dia meninggalkanku sangat jauh.
Di belakang, mereka semakin mendekat. Sementara aku sudah tidak kuat lagi menahan sakit, kurasa kaki ku sedikit luka, karena bisa kurasakan ada yang mengalir dibawah sana. Aku membuka pintu lalu berlari ntah kemana, ini bukan lantai empat. Disini sangat gelap dan berantakan. Aku menengok kesana kemari lalu memasuki satu ruangan, sesaat sebelum suara bantingan terdengar.
Teriakan.
Aku mendengar teriakan. Teriakan yang saling saut menyaut. Kami diserang. Sudah pasti, kami diserang. Aku menarik napas dalam saat kudengar cakaran di pintu ruangan ini. Kutahan kenop pintu dengan tangan yang dingin. Mencegah jika saja zombie di luar sana tak sengaja bisa membuka pintu ini.
Tunggu, suara apa itu?
Suara dentingan itu terdengar dari dalam sini. Apakah ada orang lain didalam sini? Aku berbalik menghadap ruangan hitam ini, punggung kusenderkan di pintu masih dengan tangan menahan kenop. Aku yakin ada orang didalam sini.
"Siapa?" tanyaku berbisik.
Tidak ada jawaban. Tidak ingin menyerah aku menunduk, meraba lantai mencari benda yang bisa kulempar. Dapat. Sebuah botol kecil. Tidak ada aba-aba aku melempar botol itu kedepan, hingga terdengar suaranya yang mengenai lantai.
Srak srak
Suara itu terdengar! Suara yang terdengar ketika rantai besi ditarik hingga kencang. Dan suara itu tidak berhenti, orang itu terus menarik rantainya.
Dia bersuara!
Suaranya, terdengar sangat berbahaya. Suara yang sama seperti para karyawan yang kulihat pagi tadi. Lagi, aku berada di satu ruangan dengan zombie. Kaki ku terasa lemas, jantungku sudah tidak sanggup lagi berdetak. Aku terduduk lemas, tangan ku paksa untuk tetap berada di kenop pintu.
Apa yang harus kulakukan? Zombie itu terdengar semakin mengganas menarik rantainya. Apakah kali ini aku akan benar-benar berjumpa dengan malaikat maut?
Kumohon seseorang datanglah. Angga, kau harusnya datang. Seperti film yang sering ku tonton, seseorang seperti Angga pasti akan datang menolong. Sang ksatria bayangan.
Bruk bruk
Tuhan. Kumohon kirimkan seseorang.
Rasanya seperti dejavu. Berada didalam ruangan dengan zombie menggedor dari luar, tapi kali ini aku tidak bersama manusia, melainkan makhluk mengerikan yang dulunya manusia. Aku menahan pintu dengan kuat, begitupun dengan kelopak mataku yang tertutup. Tanganku masih memegang pintu, semakin melemah karena tremor yang sudah menjalar keseluruh badan.
Kurasa aku akan menangis.
Kumohon selamatkan aku.
_W_
KAMU SEDANG MEMBACA
neWorld
Ciencia FicciónDunia baru yang lebih mengerikan. Bertahanlah, bagaimanapun caranya. ©Aytidajghost 2021 Don't copy! Babak 1 Start : 26 Juli 2021 End : 14 Agustus 2021 Babak 2 Start : 1 Desember 2021 End :